Cemue, Wedang Paten Lidah Trinilan. Foto-Romi Kurniawan
NGAWI – Tanpa perlu penjelasan, untuk orang Trinilan (Trinil : nama sungai dan daerah di Ngawi, orang Trinilan – mengacu pada orang Ngawi dan sekitarnya) barang tentu sudah paham tentang apa itu cemue yang merupakan salah satu minuman khas Ngawi. Olahan minuman (wedang – karena dominan disajikan dalam keadaan hangat) yang dibuat dari bahan dasar santan hangat dan irisan roti tawar. Ditaburi kacang tanah (kacang klici) dan bawang merah (brambang) goreng.
Itu minuman, tapi sensasi rasanya gurih ketemu manis. Untuk orang Ngawi yang sudah lama atau jarang mencicipi pastilah minuman itu terasa ngangeni. Jujur aja yaa.
Tresno jalaran kulino – sudah itu saja poin dan sebab utama yang menjadi kesimpulan ditulisan cemue kaitannya dengan lidah orang trinilan ini.
Bermula pada pelajaran saya ketika di tanah rantauan, Bandung. Satu kesempatan, di bulan puasa. Saya dan seorang teman yang kebetulan sama-sama perantau dari Ngawi (kebetulan & keterusan) jadi panitia pengelola takjil masjid kampus barengan sama ukhti-ukhti lain yang tergabung di unit mahasiswa keagamaan.
Setuju kan kalau saya bilang “Bandung itu dingin”. Maka berinisiatiflah saya untuk menyajikan menu takjil wedang cemue. Beriringan dengan rasa rindu pengen segera pulang kampung, terlampiaskanlah dalam masak-memasak persiapan berbuka di dapur masjid kampus.
Tertebakkah apa yang ada di benak kami berdua saat itu? Pasti semua pada suka, dingin kayak gitu dikasih sajian minuman anget. Ohh men. Salah duga. Fatal. Lidah orang-orang yang hadir masih ada di tahap pengenalan. Baru pertama sensasi bawang goreng ditaburkan di atas minuman manis mereka rasakan. Tau bagaimana hasil yang kami terima? Banyak yang bingung dan bertanya-tanya, ini minuman apa, salah buatnya atau bagaimana, dan pertanyaan lain sebagainya.
“Cemue, itu cemue, iyaa bener kok memang pakai bawang goreng, itu namanya cemue, wedang khas Ngawi, bla bla bla bla Cemue.”
Gak berhenti pertanyaan itu disampaikan, ikhlas kok kami menjawabnya. Bangga malahan. Biar kalian kenal itu wedang khasnya orang Trinilan.
Balik lagi tentang rasa. Kalau kata iklan mah ya ‘Lidah tak pernah bohong’. Oke saya setuju. Rasa unik dan manis gurihnya cemue sudah paten di lidahnya orang Trinilan. Itu wedang khas dan andalan. Namun untuk lidah-lidah lain tidak ada paksaan dalam hal nilai rasa. Kalau jatuh cinta, atau tidak bisa menyecapkan suka yang sama ya gak apa-apa. Laa ikraha fii selera.
Cemue, Wedang Paten Lidah Trinilan
Oleh : Erna Dwi Susanti
– yang pernah jadi mahasiswa rantauan di tanah pasundan.
Mau bercerita tentang apapun? Ayo Menulis sambil Sruput Cemue di sini.