Dalang Cilik Ngawi Mempersiapkan diri untuk peliputan media Nasional. Foto-Alfa
BRINGIN,NGAWI – Sedikitnya 25 anak SD dan SMP wilayah Ngawi timur (Ngawi, Kasreman, Padas, Pangkur, Bringin, dan Karangjati) beserta guru pembina seni karawitan masing-masing, kemarin pagi (31/01/2017) berkumpul di Sanggar Seni Mastuti Budoyo, Desa Mojo, Kecamatan Bringin.
Para peserta sudah memenuhi pendopo sejak pukul 06.30 waktu setempat dalam rangka menerima kunjungan dan sesi peliputan dari salah satu media nasional. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan promosi pengembangan potensi produk unggulan/wisata khususnya bidang Pembinaan dan pengembangan seni tradisi dalang bocah yang digagas oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngawi. Kegiatan ini juga dalam rangka mensukseskan program Ngawi Visit Year 2017.
Ngawi Genjot Promosi Tradisi Dalang Bocah. Ke-25 anak tersebut merupakan seniman-seniman kecil yang mempunyai talenta sebagai seorang dalang yang berbakat dan sudah berkali-kali ikut tampil dalam berbagai pagelaran wayang. Potensi inilah yang akan di liput oleh para awak media tersebut untuk ditayangkan secara nasional.
[quote]
“Teknis peliputan media akan difokuskan pada model dan metode latihan dalang untuk anak-anak. Latihan yang ditampilkan adalah metode dasar gerakan-gerakan wayang yang biasa diajarkan untuk pemula seperti solah, seleh, entas-entasan, cepengan dan ontowecono. Serta latihan dodok pengiring suluk, odo-odo srambahan dan sabetan. Untuk menampilkan pertunjukan wayang yang berkualitas seni tinggi, setiap gerakan dan olah tubuh wayang harus diselaraskan dengan berbagai unsur pendukung seperti suluk, tabuhan kendang dan instrumen lain serta karakter wayang” tutur Sukadi, pelatih dalang sanggar Mastuti Budoyo sekaligus pemilik Sentra Batik Pringgodani ini.
[/quote]
Seorang dalang dalam pentas seni pertunjukan wayang memang memerlukan konsentrasi tinggi, kombinasi olah ketrampilan tangan, kaki, mulut dan pikiran serta perlu banyak latihan asah otak kanan dan kiri secara seimbang dan rutin. Hal ini karena tidak mudah menggerakkan wayang dengan adegan beragam mulai dari berjalan, duduk bersimpuh di hadapan raja, balik kanan, menari dan berlari. Itupun belum seberapa, bila adegan sudah bertema perang, ternyata teknik perang duel maut, bertempur dalam perang kolosal, musuh kalah, jatuh, terkapar tak berdaya, tergelepar minta ampun kemudian lemparkan secara brutal ke medan laga, secara dramatis dengan iringan instrumen musik yang pas dan tematik. Dan semuanya ada teknik pakem yang dipadukan dengan dialog panjang, alur cerita berliku yang hanya keluar dari mulut seorang dalang.
[columns count=”2″]
[column_item][image src=”https://kampoengngawi.com/images/news/2017/teknik-latihan-dalang-bocah-1.jpeg” width=”300″ title=”Dalang Bocah di Sanggar Mastuti Budoyo” align=”right”][/column_item]
[column_item][image src=”https://kampoengngawi.com/images/news/2017/teknik-latihan-dalang-bocah-2.jpeg” width=”300″ title=”Dalang Bocah di Sanggar Mastuti Budoyo” align=”right”][/column_item]
[/columns]
Luarrrr biasa, ternyata tak semudah yang kita tonton. Dalam pertunjukan wayang yang bagus, seorang dalang harus bisa menyita perhatian dan bisa membawa emosi penonton untuk larut dalam seluruh alur cerita mulai awal sampai selesai pagelaran hingga mampu memetik hikmah dan pelajaran dalam sebuah lakon pewayangan.
Program pengembangan seni tradisi dalang bocah di Kabupaten Ngawi menargetkan ada 1 sanggar dalam setiap UPT Pendidikan sebagai tindak lanjut dari prestasi Ngawi yang pernah berhasil mencatat rekor muri pertama kali dalam pentas Festival Dalang Bocah tahun lalu.
Ngawi sebagai salah satu kota inkubator pengembangan seni, pada bulan Maret nanti akan dilaksanakan rapat akbar dan berkumpulnya para dalang se-Jawa Timur dan melakukan serangkaian kunjungan ke berbagai sanggar dan potensi wisata. Selain itu, pada bulan Juli 2017 nanti juga akan ada Festival Wayang tingkat nasional dengan total hadiah 50 juta yang di gagas oleh Pemkab Ngawi.(alfa)