Orang Tua Sebagai Role Model dalam Menumbuhkan Keterampilan Sosial pada Anak
Oleh : Yeni Jamilatuz Zuhairah, S.Ag.
Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas anaknya. Berhasil atau tidaknya seorang anak tidak bisa jauh dari peran orang tua yang mendidik dan membesarkan dari kecil hingga dewasa, sebab seorang anak terlahir ibarat kertas kosong dan itu tergantung dari apa yang akan ditulis mendidik dan membimbing sampai pada suatu titik keberhasilan proses pembelajaran.
Secara harfiah, kata role model merupakan gabungan dari dua kata, yaitu role dan model yang kemudian membentuk makna baru. Role adalah suatu perilaku yang diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status tertentu (Bruce 2009). Sedangkan menurut Soerjono (2012) Role merupakan aspek dinamis kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibanya sesuai dengan kedudukanya, maka ia menjalankan suatu peranan. Model adalah landasan praktek pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas (Siprijono, 2011).
Setiap anak tumbuh dengan kemampuan dan keistimewaanya masing-masing. Orang tua sebagai role model yang paling utama dalam kehidupan anak mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak tersebut. Segala apapun yang dilakukan oleh orang tua baik itu berupa ucapan atau perilaku dan diperlihatkan kepada anak itu akan mempengaruhi karakter anak tersebut baik itu karakter di rumah juga dapat mempengaruhi keterampilan sosial anak.
Apalagi dimasa pandemi covid-19 ini, di mana 24/7 anak melakukan semua aktivitasnya di rumah. Sehingga itu membuka kesempatan anak untuk mengetahui semua aktivitas dan perilaku orang tua di dalam rumah artinya lebih intens anak tersebut mengetahui semua yang ada di dalam rumahnya.
Ambil contoh: ketika anak melihat orang tuanya berbicara lembut maka anak tersebut akan meniru pola bicaranya akan tetapi sebaliknya jika orang tua berbicara kasar anak juga tidak segan mengikuti apa yang telah orang tuanya lakukan.
Kemudian, perilaku terhadap misalnya, mengenai perilaku perkembangan sosial anak, anak dapat melihat dari kecil akan tetapi semakin hari ia akan bisa memahami perilaku orang tua, misal ketika orang tua tersebut menampilkan ia selalu membuat keributan dengan tetangganya dan lingkunganya dan itu ia lakukan terus-menerus sampai anak tersebut dewasa maka itu sangat berbahaya sekali bagi perkembangan keterampilan sosial anak tersebut.
Seorang tokoh psikologi asal Rusia yaitu Lev Semyonovich Vygotsky menyebutkan teori human naturenya, di mana ketika terjadi interaksi sosial anak akan menjadi lebih efisien dan efektif jik berdialog dengan orang yang bisa terampil dalam mengajaknya berbicara selain itu kognitif anak juga terbentuk dari lingkunganya berdasarkan kebudayaan interaksi secara sosial dan fisik bisa mengubah anak pada kognitifnya.
Interaksi sosial tersebut dapat berhasil jika peran orang tua di dalamnya andil dalam memberikan pengaruh baik itu perilaku maupun cara berbicara dengan lingkungan sekitar.
Keterampilan sosial merupakan bentuk perilaku, perbuatan, sikap yang ditampilkan oleh individu ketika berinteraksi dengan orang lain secara baik, baik itu secara verbal maupun non verbal.
Libet dan Lewinshon (Cartledge dan Milburn, 1995) mengemukakan keterampilan sosial sebagai kemampuan kompleks untuk menunjukkan perilaku yang baik dinilai secara positif atau negative oleh lingkungan. Michelson, dkk. (dalam Ramadhani, 1994) menyebutkan bahwa keterampilan sosial merupakan suatu keterampilan yang diperoleh individu melalui proses belajar, mengenai cara-cara mengatasi atau melakukan hubungan sosial dengan tepat dan baik.
Secara umum, keterampilan sosial dapat dilihat dari beberapa bentuk perilaku: pertama, perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri (bersifat intrapersonal) seperti mengontrol emosi, menyelesaikan permasalahan sosial secara tepat, memproses informasi dan memahami perasaan orang lain.
Kedua, perilaku yang berhubungan dengan orang lain (bersifat interpersonal) seperti memulai interaksi dan komunikasi dengan orang lain. Ketiga, perilaku yang berhubungan dengan akademis, seperti mematuhi peraturan dan melakukan apa yang diminta oleh guru.
Secara lebih spesifik, Elksnin dan Elksnin (dalam Adiyanti, 1999) mengidentifikasi keterampilan sosial dengan beberapa ciri, yaitu:
- Perilaku interpersonal
Merupakan perilaku yang menyangkut keterampilan yang digunakan selama melakukan interaksi sosial. Perilaku ini disebut juga keterampilan menjalin persahabatan, misalnya memperkenalkan diri, menawarkan bantuan dan memberikan atau menerima pujian. Keterampilan ini kemungkinan berhubungan dengan usia dan jenis kelamin. - Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri
Merupakan keterampilan mengatur diri sendiri dalam situasi sosial, misalnya keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain, mengontrol kemarahan dan sejenisnya. Dengan kemampuan ini, anak dapat memperkirakan kejadian-kejadian yang mungkin akan terjadi dan dampak perilakunya pada situasi sosial tertentu. - Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademis
Merupakan perilaku atau keterampilan sosial yang dapat mendukung prestasi belajar di sekolah, misalnya mendengarkan dengan tenang saat guru menerangkan pelajaran, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, melakukan apa yang diminta oleh guru, dan semua perilaku yang mengikuti aturan kelas. - Peer acceptance
Merupakan perilaku yang berhubungan dengan penerimaan sebaya, misalnya memberi salam, memberi dan meminta, mengajak teman terlibat dalam suatu aktivitas dan dapat menangkap dengan tepat emosi orang lain. - Keterampilan komunikasi
Merupakan salah satu keterampilan yang diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik. Kemampuan anak dalam berkomunikasi dapat dilihat dalam beberapa bentuk, antara lain menjadi pendengar yang rensponsif, mempertahankan perhatian dalam pembicaraan dan memberikan umpan balik terhadap kawan bicara.
Untuk menjadi orang yang mampu bermasyarakat setidaknya diperlukan 3 proses. Masing-masing proses tersebut terpisah dan berbeda satu sama lain, tapi saling berkaitan, seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1978:250), yaitu sebagai berikut:
- Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi setiap anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat bermasyarakat anak tidak hanya harus mengetahui perilaku yang diterima akan tetapi mereka juga harus menyesuaikan dengan patokan perilaku yang diterima. - Memainkan peran sosial yang dapat diterima
Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang dapat ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. - Perkembangan sikap sosial
Untuk bermasyarakat atau bergaul dengan baik anak-anak harus menyukai aktivitas sosial dan orang.
Oleh sebab itu, keterampilan sosial anak sangat dipengaruhi oleh peran dari orang tuanya. Sehingga orang tua harus berhati-hati dalam berprilaku dan berbicara di depan anak. Pengaruh yang diberikan orang tua terhadap anak memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan anak untuk membangun hubungan dirinya dengan lingkunganya.
Selain itu juga kemampuan untuk belajar dari dalam diri anak hingga ia dewasa dan anak juga harus memiliki proses perkembangan sosial seperti dapat berinteraksi dengan orang lain, menerima kehaidiran orang lain, membutuhkan orang lain karena anak adalah makhluk sosial supaya mereka dapat diterima di masyarakat.
___
Refrensi
Rifayanti, Rina. Saputri Adella dkk, Peran Role Model dalam Membentuk Perilaku Pro-Lingkungan, Psikostudia: Jurnal Psikologi Vol.7 No, 2, Desember, 2018.
Istianti, Tuti. Pengembangan Keterampilan Sosial untuk Membentuk Perilaku Sosial Anak Usia Dini, Cakrawala Dini: Vol.5, No.1, Mei, 2015.
pauddikmasdiy.kemdikbud.go.id. Peran Orangtua dalam Pembelajaran yang Menyenangkan Melalui Saintifik, Yogyakarta:2017.
Suryani, Yani. Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Melalui Teknik Collective Painting, Universitas Pendidikan Indonesia, 2014.
___
Tentang Penulis :
Yeni Jamilatuz Zuhairah, S.Ag., Lulusan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang saat ini berdomisili di Perumnas Bumi Karangasri, Ngawi, Jawa Timur.