[dropcaps style=’1′]
Pengumuman penerimaan peserta didik baru (PPBD) jalur Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) SMPN favorit di Ngawi diwarnai kasak kusuk. Di SMPN 1 dan SMPN 2 misalnya. Sekolah tiba-tiba menambah pagu di detik terakhir menjelang pengumuman. Tidak hanya itu, kejanggalan terjadi setelah sekolah membeber nilai siswa karena banyak terdapat nilai kembar.
[/dropcaps]
Pantauan Jawa Pos Radar Ngawi, di SMPN 1 misalnya nilai kembar untuk nilai 70.00 diraih 28 siswa. Sedangkan nilai 68,75 diraih 21 siswa. Kondisi tersebut juga terjadi di SMPN 2 Ngawi. Peserta yang diterima dengan nilai 69,00 mencapai 9 orang. Begitu juga dengan nilai 68 terdapat 7 orang. ‘’Masak nilai sama mencapai 28 orang. Apa nyontek semua anak-anak itu. Ini pasti ada kecurangan,’’ ujar S salah seorang wali murid peserta PMDK di SMPN 1 Ngawi, kemarin (2/6).
Menurut dia, meskipun kepandaian siswa yang ikut seleksi diatas rata-rata namun mustahil memiliki hasil dan nilai yang sama. Buktinya dalam ujian nasional (Unas), hanya dua hingga tiga anak yang memiliki nilai mirip. Hal itu menguatkan dugaan, nilai kembar merupakan modus jual beli bangku. ‘’Tahun sebelumnya, satu kursi dibanderol Rp 7 juta. Apa ini juga berkaitan dengan kabar PPDB tahun lalu?’’ kata warga kota Ngawi ini.
Sementara salah satu orang tua wali murid yang mendaftar di SMPN 2 Ngawi, mengatakan pembengkakan pagu di bekas RSBI itu cukup signifikan. Karena jika sekolah berdalih penambahan pagu berdasar ketentuan Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jatim yang semula 32 menjadi 36 per kelas, maka total siswa yang diterima 144 siswa. Nyatanya di SMPN 2 menerima 150 siswa berdasar pada surat keputusan (SK) bernomor 422/151/404.101.12.P02/2014 yang ditandatangani Moh Luluk Sodiki kepala sekolahnya. ‘’Trus yang enam orang itu statusnya apa? Ujug-ujug (tiba-tiba, Red) diterima. Keterangannya cadangan atau bukan juga nggak ada,’’ ungkapnya.
Darto kepala SMPN 1 Ngawi menampik jika PPDB jalur prestasi di sekolahnya itu diwarnai kecurangan dan jual beli bangku. Menurutnya bertambahnya pagu tersebut bukan tanpa alasan. Hal itu menyusul terbitnya SK Dindik Provinsi tentang jumlah siswa dalam satu rombel. Sehingga pagu SMPN 1 Ngawi yang awalnya 128 membengkak menjadi 144 siswa. Namun ditanya jumlah total siswa yang diterima di sekolahnya yang tembus 147, dia mengaku hal itu karena banyaknya nilai kembar. ‘’Dengan bertambahnya pagu, malah justru menguntungkan anak karena peluangnya lebih besar,’’ dalihnya.
Mantan kepala SMPN 4 ini berani pasang badan jika soal Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS yang diujikan itu bocor. Apalagi pihaknya menerapkan sistem scaning lembar jawab komputer (LJK) dalam proses tersebut. Namun, banyaknya nilai yang sama itu diduga karena kemampuan siswa yang mendaftar rata-rata tidak jauh berbeda. Pun, pihaknya membantah jika hal itu dikait-kaitkan dengan rumor jual beli bangku hingga nominal jutaan pada PPDB tahun lalu. ‘’Tahun lalu sebelum saya menjabat memang mendengar begitu. Tapi tahun ini saya jamin bersih,’’ tegasnya.
Sementara Moh Luluk Sodiki kepala SMPN 2 Ngawi memastikan jika semua pagu di SMPN yang ada di Ngawi membengkak dengan terbitnya SK Dindik Jatim. Pria yang juga ketua MKKS SMPN ini mengaku membengkaknya jumlah pagu itu tidak lepas dari banyaknya nilai yang sama hingga pihaknya melapor ke Dindik. Dan Abimanyu Kadindik Ngawi, kata dia, merestui sekolahnya menerima semua siswa dengan nilai kembar itu karena bingung untuk memilih. ‘’Kalau dipilih salah satu jelas diprotes yang lain. Makanya diangkat semua dan pagunya tetap tidak berubah,’’ ujarnya. (pra/yup)
| radarmadiun