Pasca pengangkatan 216 tenaga honorer kategori dua (K2) menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Ngawi pada Jum’at pekan lalu, (19/02), kini menyisakan duka untuk tenaga K2 lainya. Tidak kurang 299 K2 hanya mengharapkan kepada pemerintah daerah setempat untuk tidak tebang pilih dalam pengangkatan tenaga honorer selama ini.
Ratusan K2 Ngawi Menuntut Kepastian Nasib. “Kalau dirata-rata pengabdian teman-teman tenaga honorer K2 khususnya dari jalur pendidikan yang belum terima SK PNS itu lebih dari sepuluh tahun. Dan hari ini mereka cukup berharap adanya keadilan dari pemerintah utamanya Pemkab Ngawi untuk segera mengambil langkah-langkah bijak terkait nasib mereka,” terang Didik Kuntono salah satu tenaga K2 asal Kecamatan Ngawi Kota ini, Rabu (24/02), seperti dilansir SiagaIndonesia.
Apalagi kata dia, bagi K2 yang sudah berumur lebih 40 tahun jelas nasibnya meradang dengan status mereka yang terus digantung tanpa ada kepastian. Dirinya pun memberikan contoh, mayoritas teman seperjuanganya sudah mengantongi status sebagai tenaga honorer sejak tahun 2004 dan sejak 2011 lalu malah diperkuat dengan terbitnya SK Gubernur Jawa Timur yang menerangkan dirinya benar-benar status K2.
Didik Kuntono juga menyayangkan sikap BKD daerah terutama Ngawi sampai saat ini seolah-olah tutup mata terkait nasib yang ditanggung para pendidik yang berkutat sebagai pengajar Sekolah Dasar (SD). Didik demikian panggilan akrabnya, seperti di usianya menginjak 48 tahun dan sudah mengabdi selama 11 tahun di SDN Jururejo II, Kecamatan Ngawi Kota, tidak mampu berbuat banyak dengan nasib dirinya.
“Kalau berharap ya itu jelas dan mohon sekiranya kepada Mbah Kung selaku Bupati Ngawi menjadi tumpuan saya dan kawan-kawan untuk diperjuangkan di pusat. Dan saya optimis kok Mbah Kung bakal mampu untuk itu,” ungkap Didik dengan nada penuh harap.
Keberadaan guru honorer khususnya K2 di Kabupaten Ngawi ini kalau ditarik dari fakta lapangan memang ada peluang terbuka lebar untuk di PNS kan. Sesuai data yang diambil dari 2014 atau dua tahun lalu, tenaga guru khusus SD mengalami kekurangan mencapai 723 orang. Saat itu kata Bupati Ngawi Budi Sulistyono atau biasa disapa Mbah Kung bakal memaksimalkan seluruh kepala sekolah untuk bisa mengajar ditambah guru agama dan guru kesehatan.
Tetapi program tersebut secara kasat mata bisa dikatakan gagal, alih-alih para guru saat iotu tidak menghendaki adanya pergeseran. Lepas dari data lama, para tenaga K2 yang tersisa sekarang ini secara keseluruhan mengharap dengan hati lapang kepada Bupati Ngawi yang baru dilantik beberapa hari lalu untuk segera memperjuangkan nasibnya. Jangan sampai masalah K2 dari jalur pendidik terus bergulir ditahun-tahun berikutnya.