KASREMAN, NGAWI — Tepatnya di desa Tawun, kecamatan Kasreman, Kabupaten Ngawi, upacara adat “Keduk Beji” 2018 atau membersihkan sumber air digelar hari ini, Selasa (28/08/2018).
Diperingati setiap tahun pada Selasa Kliwon, acara dimulai dengan penyambutan Bupati Ngawi Ir. Budi Sulistyono dari Jalan Raya Ngawi-Karangjati menggunakan kereta yang telah disiapkan warga Tawun. Bupati diminta untuk naik kereta dan diiringi oleh siswa-siswi dari SMKN 1 Kasreman menggunakan berbagai pakaian adat tanah air menuju sumber Beji.
Tari Kecetan dan Air Tape Sebagai Pelengkap Ritual Keduk Beji Ngawi. Tari Kecetan merupakan ritual khusus dari warga laki-laki yang terjun ke sumber air dan memukul-mukulkan kayu. Seiring perkembangan, tarian itu tidak se-ekstrim dahulu. Bila dulu para penari saling memukulkan kayu ke punggung penari lain, kali ini dipukulkan ke air agar tidak saling menyakiti. Upacara dilanjutkan dengan peletakan kendi berisi Badeg/air tape oleh dua orang juru kunci.
“Dari tahun ke tahun acara Keduk Beji ini kita sempurnakan, karena ini ritual penting. Sebagai wujud syukur atas dilimpahkannya sumber kehidupan yakni air,” ungkap Bupati Ngawi saat ditemui redaksi Kampoeng Ngawi.
Acara yang dimulai pukul 8 pagi itu bertujuan membersihkan sumber Beji. Kegiatan ini selalu diikuti oleh ratusan warga Ngawi dan juga pendatang setiap tahunnya. Mbah Wo Pomo, selaku juru kunci Tawun menyebutkan bahwa upacara ini selain sebagai salah satu bentuk ritual membersihkan sumber dan sebagai peringatan atas hilangnya leluhur Tawun di Sumber Beji saat melalukan pertapaan.
“Kemudian saya meletakkan kendi kecil berisi badeg atau air tape ke sumber, sebagai peringatan hilangnya leluhur Tawun di sumber Beji saat melakukan pertapaan. Ini semua dilakukan agar ritual tetap bisa dilestarikan,” terang Mbah Wo Pomo.
Keduk Beji memang selalu digelar pada hari Selasa Kliwon atau yang biasa digelar setiap masa panen raya selesai. Ritual itu digelar sebagai sarana penghormatan kepada Eyang Ludro Joyo atas sumber penghidupan Keduk Beji. (fri/cse)