Kepala Dusun Dorok Nardiono mengatakan kegiatan kirab budaya tersebut merupakan rangkaian acara bulan Suro. Masyarakat gotong royong dengan membuat gunungan berisi hasil bumi serta makan bersama.
“Ini acara kirab budaya, rangkaian kegiatan di Suro. Warga bisa guyub rukun bersatu dengan acara ini,” katanya di Kediri, Minggu.
Ia mengatakan lokasi kirab budaya tersebut ditempatkan dari kantor dusun menuju ke situs Candi Dorok, Desa Manggis tersebut. Ada tiga gunungan yang berisi hasil bumi. Seluruh gunungan ditempatkan di lokasi situs dan setelahnya hasil bumi itu dibagikan ke warga.
Menurut dia, warga juga ingin agar lokasi situs menjadi tujuan wisata. Lokasi ini digali sekitar tahun 1994 dan dilakukan renovasi termasuk pemberian teralis tangga sekitar tahun 2000 oleh pemerintah.
Candi Dorok kini tersisa kaki candi berbentuk persegi empat dengan sisi barat agak menjorok sedikit ke depant, serta memiliki tinggi sekitar 2,3 meter. Posisi bangunan candi kini berada 3 meter di bawah permukaan tanah. Tidak adanya bekas tangga naik ke atas candi yang merupakan keunikan tersendiri bagi candi ini.
Candi Dorok terbuat dari batu bata, sedangkan pada bagian dasarnya sendiri berwarna hijau karena lumut. Candi Dorok berpenampilan polos tanpa hiasan maupun relief. Namun, pada bagian atas candi terdapat beberapa batu bata berhiaskan ukiran dan beberapa terlihat seperti ukiran suluran tanaman. Pada salah satu bagian dinding kaki candi juga terdapat retakan.
Sementara itu, pemerhati budaya Deny Widyanarko mengapresiasi warga yang tetap melestarikan candi tersebut bahkan dengan mengadakan kirab budaya ini.
“Ini sangat luar biasa, masyarakat ikut meramaikan acara ini. Terkait budaya harus tetap dirawat dan pemerintah bisa juga lebih mensuport untuk pelestarian budaya,” kata Deny.
Sebelumnya Deny Widyanarko juga pernah mengunjungi beberapa situs budaya di Kabupaten Kediri diantaranya Situs Adan Adan Kecamatan Gurah, Situs Gambyok Kecamatan Grogol, serta situs Sendang Arya Kamandanu.