Warga Sidorejo, Desa Sidolaju, Kecamatan Widodaren dibuat heboh sekaligus gempar. Pasalnya, di areal persawahan Ngesong ditemukan semburan lumpur mirip lumpur Lapindo di Sidoarjo. Bedanya lumpur yang menyembur sekitar lima meter itu bercampur api dan gas hingga ketinggian 15 meter. Parahnya titik semburan berada tepat di bawah kabel saluran udara tegangan ekstra tinggi (sutet) yang melintang di atasnya.
Bermula saat Salimun, Sono, Wagi dan Yatno empat pekerja penggali sumur pompa mencoba menyedor air sumur setelah sepekan menggali. Namun, saat dicoba, sumur dengan kedalaman 108 meter itu bukannya mengeluarkan air namun pasir.
Merekapun tidak patah semangat dan mencoba menyalakan diesel lagi. Hasilnya air keluar namun dengan volume kecil. Salah seorang dari mereka mencoba membesarkan tekanan sumur dengan harapan air yang keluar lebih banyak. ‘’Tapi setelah tekanannya dinaikkan terdengar suara gemuruh dan bunyi njebluk (ledakan, Red) dua kali kemudian muncul semburan bercampur api,’’ ungkap Sono, salah seorang pekerja.
Sontak empat pekerja itu semburat menyelamatkan diri. Diesel dan peralatan penyedotan dibiarkan di lokasi tanpa sempat diselamatkan. Mereka sejenak tertegun melihat kejadian tersebut dan kebingungan. Diduga keluarnya api karena gesekan baja atau batu saat pengeboran. Tetapi bisa juga lantaran hawa panas yang dikeluarkan mesin diesel sehingga menyebabkan gas yang terkandung di air terbakar. ‘’Nggak ada yang merokok, tapi kok bisa keluar api,’’ ungkap Sono keheranan.
Adanya ledakan dalam sumur yang menyemburkan api dan lumpur membuat warga desa di perbatasan Kecamatan Kedunggalar dan Widodaren itu geger. Sejumlah warga yang hendak bekerja di sawah berbondong-bondong melihat sumber ledakan. Mereka mengaku khawatir jika semburan api dan lumpur itu membesar seperti lumpur Lapindo. Sebab, semburan di sawah milik Sulistyono itu lebih besar dari semburan yang sama tahun lalu. Jaraknya pun hanya 30 meter dari titik semburan tahun lalu. ‘’Semburannya lebih besar dan bercampur lumpur. Saya takut kalau jadinya seperti Lapindo,’’ kata Slamet salah seorang warga.
Polisi mendatangi lokasi setelah menerima laporan. Petugas memasang police line di sekitar pusat semburan dengan radious 30 meter persegi. Tindakan itu untuk mencegah warga mendekati pusat semburan. Polsek setempat bekerjasama dengan anggota koramil setempat untuk menjaga lokasi semburan. ‘’Penjagaan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,’’ kata AKP Widodo Kapolsek Widodaren saat dikonfirmasi.
Widodo mengatakan belum dapat memastikan penyebab semburan lumpur bercampur gas dan api tersebut. Yang terpenting, polisi sudah menghubungi PLN untuk melakukan antisipasi. Mengingat di atas pusat semburan melintang kabel sutet Jawa-Bali. ‘’Khawatir mengancam pasokan listrik. Jadi kami koordinasi dengan PLN untuk antisipasi,’’ jelasnya.
Pemerintah desa setempat juga dibuat was-was dengan munculnya semburan lumpur tersebut. Apalagi kejadian tersebut bukan kali pertama terjadi. Tahun lalu, semburan api bercampur gas dan air juga terjadi tak jauh dari pusat semburan baru tersebut. Belum diketahui apakah semburan lumpur itu akan padam dengan sendirinya atau tidak. ‘’Tahun lalu, setelah 24 jam padam sendiri. Bedanya semburan baru ini bercampur lumpur,’’ jelas Wagi Supriyono kades Sidolaju, Widodaren.
Diakui, selama ini belum ada larangan atau pengawasan aktivitas pengeboran sumur di areal tersebut. Meskipun kejadian tersebut pernah terjadi sebelumnya. Wagi mengaku tidak punya dasar hukum untuk melarang karena belum ada peraturan daerah (perda) atau aturan larangan lainnya untuk mengebor sumur. Di sisi lain, warga mengandalkan sumur pompa untuk mengairi sawah. ‘’Yang jelas dilematis, semua itu demi kesejahteraan masyarakat,’’ jelasnya.
|RadarNgawi