MALANG — Sosis merupakan produk olahan daging yang banyak digemari oleh masyarakat mulai anak-anak hingga orang dewasa. Pada umumnya sosis dibuat dari daging sapi dan ayam, namun sebenarnya sosis juga dapat dibuat dari ikan, karena kualitas protein pada ikan cenderung lebih baik dibandingkan dengan protein daging sapi.
Akan tetapi, sosis yang beredar di pasaran diketahui banyak mengandung bahan pengawet berbahaya seperti nitrit. Hal tersebut menimbulkan keraguan terutama bagi anak-anak dan masyarakat penggemar sosis.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa nitrosodimetilamin yang merupakan hasil reaksi nitrit dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Selain itu, sifat karsinogenik-nya bisa memicu berkembangnya sel kanker.
Berdasarkan permasalahan tersebut, lima mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya (UB) yang beranggotakan Surya Rachman Susilowati, Erviana Shinta Dewi, Surya Dewa Ramadhan, Lalu Octavian Diandra P., dan Yesica Wulanda Eka P. dibawah bimbingan dosen Qurrota A`yunin, S.Pi.,MP.,M.Sc. berinovasi mengolah daging ikan yang aman bernama Sosis BASUKE.
“Sosis BASUKE merupakan sebuah produk pangan yang menggunakan bahan baku Ikan Barakuda, singkong, dan daun kelor dengan menggunakan bahan pengawet alami, yaitu kitosan dari cangkang atau karapas udang,” terang Surya Dewa Ramadhan kepada redaksi.
Menurutnya, ikan barakuda mengandung vitamin B2 yang berperan dalam menjaga sistem syaraf agar berjalan normal, membantu memperlancar metabolisme, menyembuhkan radang kulit, mencegah penyakit jantung dan baik bagi kesehatan mata. Sedangkan daun kelor digunakan karena memiliki kandungan gizi yang baik untuk dikesehatan yaitu protein, karbohidrat, zat besi, magnesium, Vitaman A.
“Singkong kaya akan zat besi, energi, Fosfor, kalium, karbohidrat, dan lemak serta difortifikasi kitosan yang berfungsi sebagai bahan pengawet alami,” imbuhnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kulit udang juga mengandung protein hingga 40%, kalsium karbonat 40-50%, dan kitin 20-36,61%, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak. Kitosan juga melapisi produk yang diawetkan, sehingga terjadi interaksi yang minimal antara produk dan lingkungan.
Kepada redaksi, lima mahasiswa ini menyebutkan bahwa Sosis BASUKE dikemas dalam kemasan plastik vacuum yang hampa udara, sehingga makanan di dalamnya dipastikan akan lebih tahan lama dan mampu menekan pertumbuhan bakteri, serta terhindar dari pertumbuhan mikroba.
“Proses oksidasi dan kerusakan pada produk dapat dihindari karena jenis kemasan ini kedap udara sehingga dapat menjamin kualitas dari bahan-bahan atau produk yang dibungkus di dalamnya,” terang mereka.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa Sosis BASUKE juga sedang dalam tahap uji proksimat di Universitas Muhammadiyah Malang, pengurusan Hak Kelayakan Intelektual, pengajuan sertifikat, dan logo halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pengajuan ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Meski demikian, produk Sosis BASUKE sudah bisa didapatkan di laman marketplace seperti Shopee dan Tokopedia dengan harga yang terjangkau. Laman resmi tentang produk ini juga ada di media sosial dengan nama akun basuke.id seperti instagram, line, dan tiktok. (adv/edu)