“Tidak ada dampak signifikan akibat erupsi Gunung Semeru dan aktivitas warga berjalan normal,” kata Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang Wawan Hadi S. saat dikonfirmasi di kabupaten setempat.
Gunung Semeru mengalami erupsi pada 14 Februari 2024 sebanyak tiga kali yakni pukul 07.00 WIB, pukul 14.56 WIB, dan pukul 15.40 WIB.
Pengamatan dari Pos Pemantauan Gunung Semeru pada pukul 07.00 WIB dilaporkan terjadi erupsi dengan ketinggian abu vulkanik mencapai 13.363 feet (4.176 meter) dan kode warna penerbangan oranye.
Baca juga: Semeru erupsi lagi dengan ketinggian letusan tak teramati
Abu vulkanik mengarah ke utara berwarna putih hingga kelabu. Intensitas abu vulkanik teramati tebal dengan amplitudo maksimal 22 mm dan durasi 105 detik.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru, Sigit Rian Alfian dalam laporan tertulisnya menyebutkan bahwa erupsi kedua terjadi pada pukul 14:56 WIB dengan tinggi letusan tidak teramati karena tertutup kabur.
Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 130 detik.
“Erupsi ketiga terjadi pada pukul 15:40 WIB. Tinggi kolom erupsi tidak teramati. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 23 mm dan durasi 127 detik,” katanya.
Sebelumnya Ketua KPU Lumajang Yuyun Baharita mengatakan bahwa pihaknya meminta bantuan BPBD Lumajang untuk sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) yang berada di daerah rawan bencana erupsi Gunung Semeru.
“Kami sudah berkoordinasi dengan BPBD Lumajang untuk meminta bantuan apabila sewaktu-waktu terjadi bencana erupsi Semeru saat pemungutan suara pada 14 Februari 2024,” tuturnya.
Daerah yang masuk dalam zona merah erupsi Gunung Semeru adalah Desa Supiturang di Kecamatan Pronojiwo dan Desa Sumberwuluh di Kecamatan Candipuro.