NGAWI — Melestarikan budaya sekaligus mengenalkan wisata di kabupaten Ngawi dikemas oleh Komunitas Semprong (Film maker Ngawi) dengan membuat film berjudul Asmaragati. Untuk mengenalkan dan menyebarluaskan film ini, komunitas Semprong menggelar Diskusi dan Nonton Bareng (Nobar) perdana Film Asmaragati, Sabtu (08/06/2019).
Komunitas Semprong Kenalkan Film Asmaragati kepada Masyarakat Ngawi dengan acara Diskusi dan Nobar. Acara yang digelar di The Real Coffee and Tea House ini diikuti puluhan penonton dan melibatkan Humas Polres Ngawi dan beberapa komunitas.
Asmaragati merupakan sebuah film yang bercerita tentang kehidupan manusia dari saat manusia tersebut belum mengenal dirinya, mencari jati diri, hingga menemukan asmaranya.
Film yang digagas oleh Ryco V. Amenity ini melibatkan tim produksi dari Nirwasita Art Project, JMP Group (Jurnal Multimedia Production), dan About Ngawi yang akhirnya bersatu menjadi komunitas bernama “Semprong”. Ryco mengungkapkan bahwa bedah film Asmaragati ini sekaligus untuk launching komunitas Semprong.
Film Asmaragati ini diproduksi dengan tujuan menyadarkan kembali masyarakat Ngawi khususnya para pemuda agar melestarikan budaya. Tim produksi mengambil seting lokasi syuting di beberapa destinasi wisata Ngawi, sekaligus bertujuan untuk memperkenalkan wisata yang ada di Ngawi.
“Anggap saja kami sedang kampanye, mengajak para anak muda Ngawi untuk berkarya dan berbudaya,” tutur Ryco.
Ryco juga menjelaskan bahwa pembuatan film Asmaragati memakan waktu kurang lebih satu bulan, yakni selama bulan Ramadhan lalu.
Salah satu pengamat budaya Ngawi, Arih Merdekasari M.Psi. berkesempatan untuk membedah film ini dan mengajak para penonton yang hadir untuk berdiskusi.
“Film ini tentang pemaknaan perempuan dan laki-laki, bisa dibedah dari berbagai sudut dan sarat akan budaya, film bagus menurut saya,” ungkapnya saat menyampaikan kesan film di depan penonton.
Dalam bedah film yang berlangsung selama lebih dari tiga jam tersebut, Arih mengaku salut dan mengapresiasi karya para anak muda Ngawi dan mengajak para pemuda pecinta seni untuk berkarya seperti komunitas Semprong.
Salah satu duta wisata berbakat Ngawi, Susilo, juga turut mengisi acara dengan menampilkan tarian tradisional “Menak Koncar”. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa masih ada pemuda Ngawi yang peduli dan mau melestarikan budaya. (fri/cse)