NGAWI — Media sosial memang menjadi salah satu media untuk promosi pariwisata yang paling cepat. Dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Sinkronisasi Promosi Pariwisata di Pasar Asia Pasifik dan Amerika, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Ngawi turut mengundang para pegiat media sosial (medsos) sebagai komunitas pariwisata untuk hadir di acara tersebut.
Bertempat di ruang Krisna RM Notosuman Watualang, Kamis (14/03/2019), para pengelola wisata, asosiasi pariwisata, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), duta wisata, dan beberapa undangan lainnya mengikuti Bimtek yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia melalui Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II.
Sebagaimana diketahui, Ngawi memiliki ragam wisata budaya, kearifan lokal, potensi alam yang bagus, serta banyak kuliner khas yang bisa dioptimalkan untuk menarik para wisatawan.
Kepala Bidang Pariwisata Disparpora Ngawi, Totok Sugiarto, S.Sos dalam sambutannya berharap pariwisata di Ngawi bisa memenuhi kriteria sapta pesona yakni aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan.
“Kita membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk mewujudkan pariwisata di Ngawi bisa lebih baik,” ungkap Totok.
Sementara itu, Taufik Nurhidayat, Kepala Bidang Pemasaran Area Jepang yang selaku narasumber memaparkan terkait promosi pariwisata dan karakteristik market pasar asia pasifik. Salah satu strategi marketing yang dijelaskan adalah metode DOT (Destination, Origin, Timeline).
Destination, yakni menyiapkan destinasi unggulan yang sesuai Sapta Pesona, serta paket wisatanya.
Origin, menyiapkan apa yang menjadi khas dari pengunjung, atau apa yang mereka sukai. Seperti di Jogja yang tak melulu menyuguhkan masakan khas Jogja namun ada juga beberapa kedai yang bisa mengobati kerinduan para wisatawan asing seperti kedai Jepang. Hal tersebut membuat wisatawan lebih betah saat mengunjungi suatu daerah baru.
Timeline, tak melulu membuat jadwal padat untuk para pengunjung agar rata mengelilingi pariwisata yang kita suguhkan, atur waktu pula untuk mereka beristirahat dan kapan waktu yang tepat untuk berkunjung ke destinasi tertentu.
Menurutnya, target kunjungan wisatawan pada tahun 2019 yakni 10 juta wisatawan akan tercapai, bahkan bisa lebih dari angka tersebut bila semua saling bekerjasama dan sinkron.
“Strategi marketing wisata lainnya adalah medsos, datangkan para jurnalis dari luar daerah, kita ajak ke destinasi pariwisata unggulan kita, tujuannya agar saat mereka kembali ke daerah masing-masing bisa menulis atau review daerah kita,” terangnya.
Paparan materi wisata sejarah, religi, tradisi, dan seni budaya disampaikan diakhir sesi oleh Agus Hartono, Tim Percepatan Pembangunan, Wisata, Sejarah, Religi, Tradisi, Seni dan Budaya Kementerian Pariwisata.
Agus menjelaskan bahwa para wisatawan justru lebih mencari hal-hal yang nyleneh atau belum ada di daerah mereka.
“Mungkin bagi kita yang warga lokal hal tersebut seperti hal biasa, namun siapa sangka ternyata hal yang kita anggap biasa itulah yang memiliki nilai jual tinggi,” ujarnya.
Pegiat Media Sosial Dilibatkan Dalam Bimtek Sinkronisasi Promosi Wisata Pasar Asia Pasifik dan Amerika. Menurut Agus, kaum milenial berperan penting dalam percepatan promosi wisata. Hal tersebut harus terus didukung karena sangat mempercepat arus informasi dan promosi wisata.
“Seperti youtuber, blogger, yang hobby di instagram, dan sebagainya, sudah selayaknya mereka diwadahi oleh Dinas Pariwisata,” imbuhnya. (fri/cse)