Dalam acara rapat Konsolidasi dan Do’a Bersama penyelenggara pemilu mulai dari KPU RI, KPU Jatim, KPU Ngawi, PPK dan PPS yang diselenggarakan oleh Tim KPU Kab. Ngawi pada hari Rabu, 02 Desember 2015 di Rumah Makan Duta I, juga ditampilkan Paduan Suara dari Grup Vocal Gita Buana dari SMAN 2 Ngawi. Grup vocal paduan suara yang beranggotakan 20 siswa-siswi SMA paling bergengsi di Ngawi tersebut ditugaskan untuk mengiringi Lagu Indonesia Raya dalam seremonial pembukaan acara rapat tersebut.
Pentas Seni Budaya di Konsolidasi KPU Ngawi. Selain untuk mengiringi Lagu Indonesia Raya, mereka juga menampilkan jingle Pilkada Ngawi yang telah di-aransemen ulang sedemikian rupa hingga lagu yang biasanya berkesan “jowo” ini bisa dinikmati para hadirin dengan suasana unik yang sedikit “ngepop” atau “ngejazz”.
Beberapa hadirin sempat berkomentar, pada awalnya kurang paham apa yang mereka nyanyikan, tapi setelah beberapa saat meresapi lirik lagu tersebut, akhirnya mereka baru tahu bahwa itu adalah jingle Pilkada Ngawi 2015.
Ibu Ana Sukarno, pelatih grup vocal Gita Buana sekaligus seorang guru seni SMAN 2 Ngawi yang senantiasa tampil cantik tersebut menerangkan kepada reporter KampoengNgawi, bahwa mereka sudah berlatih berhari-hari untuk menampilkan hasil karyanya dalam rangka memeriahkan pesta demokrasi di kota Ngawi. Pihaknya sudah didatangi oleh tim dari KPU Ngawi untuk berkenan menampilkan olah vokal anak didiknya dan ternyata luar biasa tanggapan dari para hadirin. Tepuk tangan yang cukup meriah ketika salah satu siswi cantik berambut lurus tampil menyanyikan beberapa lagu ciptaan artis top kenamaan seperti Didi Kempot, Afgan dan beberapa lagu ngehits lainnya.
Tak kalah seru dengan penampilan Gita Buana, KPU Ngawi juga menyuguhkan seni budaya Tari Orek-Orek. Tarian asli dari kota Ngawi ini dipersembahkan oleh Sanggar Suryo Budoyo Ngawi yang dipimpin oleh Bapak Imam. Dalam suguhan tari tersebut, 3 gadis cantik yang membawakan berpenampilan anggun dalam balutan busana jawa lengkap dengan selendang dan pernak-pernik lainnya, bergerak gemulai, berjingkat-jingkat mengiringi musik jawa khas yang ritmik dan enak didengar.
Selain tarian, Tim Sanggar Suryo Budoyo juga menampilkan Pentas Seni Fragmen, semacam pagelaran drama singkat dengan tema tertentu dan hanya diperankan oleh beberapa pemain saja. Kali ini, tema yang diangkat tentu saja tentang Pilkada Ngawi 2015. Empat orang pemain peran berdandan seperti Buto Cakil, Srikandi, Petruk dan Gareng.
Buto Cakil mewakili peran antagonis, dalam dialognya tersirat bahwa dia akan mengajak warga untuk golput dan menentang pelaksanaan pilkada. Sementara sang Srikandi berperan protagonis dan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk ikut serta dalam pesta demokrasi dan melawan semua pihak yang berusaha menggagalkan pilkada serentak ini. Dan akhirnya Perang Brotoyudo jilid II tak dapat dihindarkan, panah Srikandi berhasil menembus jantung Buto Cakil dan kemenangan untuk orang-orang yang senantiasa berbuat kebajikan, taat pada aturan dan suka menolong.
Sementara dialog antara Petruk dan Gareng menyiratkan tentang berbagai aturan dalam pelaksanaan Pilkada. Seperti masa jabatan penyelenggara yang dibatasi 2 kali periode, susah senang jadi penyelenggara hingga sindiran dan kritik sosial dalam berbagai hal politik dan kemasyarakatan. Yang pasti diingat oleh para hadirin, tentu saja banyolan dan guyonan 2 tokoh yang khas ini.
Pesan moral yang dapat dipetik dari kisah ini tentu saja kita sebagai warga negara wajib tunduk dan patuh pada peraturan perundang – undangan, ikut serta dalam proses demokrasi dan mendukung setiap program pembangunan pemerintah.
|Mbah Ali