NGAWI — Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor usaha yang terdampak selama masa pandemi COVID-19. Namun, dengan sifat UMKM yang fleksibel diyakini bisa menjadi pendorong perekonomian saat situasi sulit seperti ini.
Seperti diketahui, UMKM merupakan sektor yang terus berjalan ketika krisis moneter menghantam Asia Tenggara (termasuk Indonesia) pada tahun 1997 silam. UMKM adalah cara menciptakan perekonomian yang lebih merata, bahkan di kota kecil dan pedesaan. UMKM memungkinkan masyarakat mengakses berbagai produk dan jasa tanpa harus pergi ke area yang lebih besar.
Saat pandemi COVID, masyarakat banyak membutuhkan produk-produk yang dijual secara online. Namun, banyak pelaku usaha cukup kebingungan dalam memasarkan produknya agar menarik dan diminati banyak orang. Selain itu, packaging (kemasan) juga menjadi kendala lain saat akan dijual menggunakan sistem online.
Bila dilihat dari sudut pandang konsumen, sebagian dari mereka berpendapat bahwa beberapa kemasan produk yang ada terasa membosankan dan sistem penjualan offline dianggap sudah biasa.
Itulah sebabnya mereka tidak lagi membeli produk dari penjual tersebut dan memilih untuk membeli produk yang jauh lebih menarik, walaupun berjenis sama dari pemilik usaha lainnya. Tentunya hal ini memerlukan adanya inovasi agar dapat meningkatkan penjualan.
Mahasiswa Universitas PGRI Madiun (UNIPMA) melalui Program Pengabdian Masyarakatnya mencoba untuk membahas tentang pengenalan merek sebagai strategi pemasaran dalam kegiatan bisnis. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengedukasi pemilik usaha menggunakan metode mentoring, serta pelatihan menggunakan sistem online.
Dalam hal ini kami memberikan pelatihan berupa pembuatan design kreatif, pembuatan konten berbasis internet, publikasi serta penggunaan konten. keberhasilan program pengabdian masyarakat ini dilihat dari peningkatan penjualan produk serta penyesuaian terhadap perkembangan teknologi yang diterapkan.
Sebagaimana yang dilakukan oleh kelompok 3 kelas 5D Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) tahun 2020-2021 kepada para pelaku usaha di kabupaten Ngawi sebagai salah satu tugas kampus.
Disampaikan oleh Widyan Tri Laksono, ketua kelompok Pengabdian Masyarakat kepada redaksi menyampaikan bahwa ia bersama kelompoknya fokus pada inovasi di usaha Kripik Tempe Krisma Ngawi yang beralamat di desa Grudo melalui tinjauan dari beberapa aspek.
Beberapa aspek yang dimaksud meliputi aspek teknis/proses produksi, aspek ekonomi dan pemasaran, serta aspek sumber daya manusia. Pemenuhan inovasi tersebut salah satunya dilakukan dengan pelatihan teknik pengambilan gambar dan penyajian produk pada marketplace sekaligus branding-nya.
“Menurut kami merasa perlu melakukan hal ini, karena sebagai upaya dalam peningkatan penjualan serta memberikan inovasi packaging dari usaha Kripik Tempe Krisma yang kemasannya masih biasa saja,” ujarnya.
Selain itu, dari pengamatan Widyan, UMKM juga memiliki kendala dalam mengaskes dan menerapkan teknologi yang efektif dan efisien, sehingga diperlukan pendampingan agar bisa optimal dalam hasil.
Dengan adanya program ini, pemilik usaha Kripik Tempe Krisma, Suparman mengatakan bahwa pihaknya mengaku senang dan menyampaikan terimakasihnya kepada para mahasiswa dari UNIPMA.
“Kami berterimakasih kepada mahasiswa UNIPMA yang melakukan pengabdian di tempat kami. Dengan adanya kegiatan ini kami merasa terbantu dalam meningkatkan pemasaran produk,” terangnya.
Dengan adanya terobosan baru dalam pembuatan kemasan dan pengenalan lainnya, produsen menjadi lebih paham dan dapat mengidentifikasi kebutuhan konsumen, menetukan target potensial, mengidentifikasi pesaing, memilih sarana bersaing, dan memilih penggunaan media dalam promosi.
Selanjutnya, pelaku usahapun juga telah bisa menggunakan media elektronik sebagai media promosi agar menjangkau pasar yang lebih luas. (*/kn)