Sebuah seni memang penuh dengan kreatifitas dan pemikiran yang tidak biasa. Dilua nalar yang kita biasa pikirkan, seni itu terkemas dalam wujud yang aneh, unik, spektakuler, dan bahkan memang mistis.
Seperti kejadian kemarin, 8 Oktober 2014 di Desa Sekaralas, Widodaren, sebuah pertunjukan seni teater yang merupakan kisah nyata ini dihelat oleh salah seorang seniman Bramantyo Pujosusilo yang terkenal dengan seni teater dan mistis nya.
Berawal dari permintaan seorang yang bernama Ibnu Kodok, yang menyampaikan bahwa dia ingin menikahi seorang peri. Peri itu meminta kepada Ibnu Kodok agar dinikahi secara adat manusia, jawa khususnya. Dengan berbekal informasi dan komunikasi ini, Bramantyo menghelat pergelaran yang dirangkai seperti adat pernikahan jawa.
Selayaknya pernikahan pada umumnya, dalam proses kemarin terdapat semua perlengkapan pernikahan, seperti masuk ada buku tamu, memasukkan amplop di kotak, ada penerima tamu, snack, dan makan juga.
Prosesi nya pun demikian, ada serah terima perwakilan mempelai, siraman, temu manten, dll. Ada sajian beberapa pertunjukan seperti teater, silat, tari, dan wayang sampah
Waktu siraman ada sepatu, kebaya juga yang dipersembahkan untuk peri yang berwarna hijau (identik ratu kidul).
Perkawinan Bagus Kodok Ibnu Sukodok dan Peri Roro Setyowati, kata Bramantyo, bukan mengada-ada tetapi kisah cinta yang dibangun keduanya dari beberapa tahun sebelumnya. Cinta keduanya berawal, ketika Bagus tengah buang air besar di Alas Ketonggo yang masuk wilayah Desa Babadan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi. Saat itulah, Bagus ditegur Peri Roro Setyowati.
“Dari situlah terjalin hubungan dan berkembang rasa saling mencintai. Meski berbeda alam, keduanya memiliki perhatian, keprihatinan serta kecintaan yang sama pada alam raya serta budaya manusia khususnya pada lingkungan tanah Jawa. Makanya rangkaian perkawinan itu, didahului dengan tradisi siraman akan dihadiri dan didukung kalangan para seniman,” pungkasnya.
Undangan yang memang disebarkan kepada masyarakat sekitar serta kepada seluruh komunitas yang ada di Ngawi, nampak kemarin mengikuti proses dengan khidmad, tak jarang juga yang nampak heran serta mungkin sebagian bingung.