Pemerintah Kabupaten Ngawi berkesempatan mengisi pentas seni di Anjungan Jawa Timur Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dengan menggelar pertunjukan Wayang Kulit semalam suntuk dalam rangka menyambut malam I Suro, Jumat (24/10).
Seprti dilansir Ngawikab.go.id, kegiatan ini merupakan kegiatan rutin tahunan Pemkab dalam rangka memperkenalkan kekayaan dan aset Kabupaten Ngawi berupa tradisi kesenian. Pagelaran dimulai dengan menampilkan tari khas Ngawi “Orek-orek” yang beberapa saat yang lalu berhasil meraih penghargaan dari Musium Rekor Indonesia (MURI).
Pada Pertunjukan kali ini, menampilkan Kolaborasi Dalang Ki Nyono Tukul dan Pelawak Kirun dengan mengambil cerita “Gatotkaca Satria Pinilih“. Berhasil menyedot animo warga Ngawi yang berada di Jabodetabek untuk berkunjung ke Anjungan Jawa Timur.
Pentas seni di Anjungan Jawa Timur tahun ini dihadiri Bupati Ngawi Ir. H. Budi Sulistyono, Ketua DPRD Ngawi, Sekda Ngawi, Para Kepala SKPD se Kabupaten Ngawi, Perwakilan Biro Provinsi Jawa Timur Serta ratusan warga Ngawi yang berada di Jabodetabek.
Dalam kesempatan tersebut Bupati Ngawi Ir. H. Budi Sulistyono menyampaikan rencana pembangunan Kabupaten Ngawi kedepan, diantaranya ialah pembangunan Ring Road Utara, Jembatan, Hotel dan Infrastruktur jalan harus diselesaikan tahun depan, begitu seperti keterangan Humas Ngawi di Web Ngawi.
Dari kesemua pembangunan tersebut, Kabupaten Ngawi bermaksud menambah ruang ekonomi, tanpa menggeser lahan-lahan produktif yang ada, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk menyongsong Ngawi sebagai tujuan wisata di tahun 2017.
Pada kesempatan tersebut Bupati Ngawi Ir. H. Budi Sulistyono dan Perwakilan Seniman menerima piagam penghargaan dari Gubernur Jawa Timur yang diwakili oleh Kepala Kantor Perwakilan Provinsi Jawa Timur Azhari.
Sinopsis Gatotkaca Satria Pinilih.
Bercerita tentang Negeri Kayangan yang sedang dilanda horeg atau kerusuhan. Kerusuhan itu didalangi Kala Pracana dan anak buahnya. Singkat cerita, lantaran Kayangan porak poranda, para dewa pun bingung. Sejurus kemudian, mereka mencari kesatria yang bisa melindungi serta menjaga ketenteraman Kayangan.
Para dewa pun bersepakat mengadakan sayembara untuk memilih kesatria pemberani. Kesatria tersebut akan ditugasi menumpas Kala Pracana beserta anak buahnya. Dalam sayembara itu, dewa mengetes kesaktian beberapa kesatria. Akhirnya terpilihlah Gatotkaca sebagai pemenang.
Dengan kesaktian yang dimiiki, Gatotkaca mampu mengemban tugas menumpas Kala Pracana dan anak buahnya, serta mengembalikan ketenteraman dan kedamaian di negeri Kayangan. Karena prestasi dan keberhasilannya itu, Gatotkaca akhirnya diberi hadiah atau anugerah berupa Wahyu Widayat. Wahyu Widayat adalah wahyu bagi seorang senopati dan tidak sembarangan diberikan kepada setiap kesatria.