Workshop Pembangunan Ekonomi Ngawi, Senin 17/10. Foto- Humas Ngawi
Pemerintah Kabupaten Ngawi terus membuat kegiatan progressif dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Seperti sebuah Workshop Pembangunan Ekonomi Ngawi yang diselenggarakan kemarin, Senin 17/10 di RM Notosuman Ngawi. Workshop Pembangunan Ekonomi Masyarakat Ngawi ini diselenggarakan oleh BAPPEDA Ngawi.
Mewakili Kepala BAPPEDA, Ekuina Setyarini membuka secara resmi Workshop Pembangunan Ekonomi Ngawi. Dalam sambutannya, Rini menyampaikan betapa pentingnya kesiapan masyarakat di Kabupaten Ngawi dalam menghadapi era tersebut.
Untuk dapat bersaing dalam bidang ekonomi , Pemkab bersama masyarakat harus mempunyai 4 pilar MEA yakni pasar dan basis produksi tunggal, Kawasan berdaya saing tinggi, Kawasan dengan pembangunan Ekonomi yang Merata, dan integrasi dengan ekonomi global.
Seperti dilansir NgawiKab.go.id, dalam sesi pertamanya BAPPEDA menyampaikan secara sekilas tentang MEA, dilanjutkan dengan pemaparan Karsiman dari BPMPPT Kabupaten Ngawi. Pada sesi BPMPPT, Karsiman menjelaskan akan kesiapan BPMPPT dalam menghadapi era MEA. Kesiapan tersebut ditunjukkan dalam berbagai terobosan pelayanan perizinan yang terkait investasi di Kabupaten Ngawi.
Pemaparan kedua disampaikan oleh Mashudi dari Dinkop UMKM dan Perindustrian Kabupaten Ngawi. Seputar kiprah Dinkop dalam menyiapkan potensi-potensi ekonomi yang ada di Kabupaten Ngawi dipaparkan secara gamblang oleh Mashudi.
[quote]
“Beberapa kendala yang dihadapi saat ini adalah dalam memasarkan produk-produk dari UKM Kabupaten Ngawi, baik untuk konsumen domestik dan luar negeri. Langkah – langkah taktis dan terobosan untuk hal ini telah diambil untuk meningkatkan penjualan produk domestik Ngawi seperti kerajinan Kayu Jati dan Batik,” terang Mashudi.
[/quote]
Pemaparan selanjutnya dalam workshop yang dihadiri oleh para pelaku ekonomi, Kadin Kabupaten Ngawi, SMK, kelompok perajin dan beberapa SKPD yang terkait ini adalah dari Tri Mulyaningsih, staf pengajar Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS). Doktor dari University of Canberra ini menyampaikan wawasan tentang MEA dari sisi riset dan analisis.
[quote]
“Sebagai negara yang paling besar penduduknya, memberikan kita sebuah potensi pasar, Indonesia saat ini belum cukup punya daya saing. Persaingan ini nampak salah satunya dari indikator ekspor antara Indonesia-China dan Indonesia-Korea yang menunjukkan defisit penjualan (ekspor lebih kecil dari impor) dengan negara-negara tersebut” Tri Mulyaningsih mencontohkan.
[/quote]
Tri juga menitipkan pesan agar tidak terlalu terkejut dengan MEA, karena boleh jadi (dan memang sudah) ada proyek yang lebih besar seperti TPP ( Trans Pacific Partnership) yang telah dicanangkan oleh Presiden Jokowi.(cse)