Sejurus dengan berakhirnya masa tugas Bupati Ngawi Budi Sulistyono-Ony Anwar periode 2010-2015 berbagai asumsi mencuat ke permukaan siapa kelak yang bakal bertarung pada masanya. Namun kebiasaan yang terjadi setahun sebelum proses pemilihan kepala daerah (Pilkada) digelar sudah diramaikan dengan kasak-kusuk kandidat calon bupati (cabup).
Seperti dilansir oleh Sicom, Bahkan sesuai pengalaman Pilkada 2009 lalu para kandidat yang kepengen melenggang ke kursi AE1 setahun sebelumnya sudah berani mendeklarasikan diri sebagai cabup. Rupanya tahun ini besar kemungkinan berbalik 360 derajat alias nihil kandidat terbukti sepi dari rumor siapa yang berani melawan Budi Sulistyono Bupati Ngawi sekarang ini.
“Seandainya bisa ditebak besar kemungkinan tahun depan yang maju tetap saja Kanang (panggilan akrab Budi Sulistyono Bupati Ngawi-red). Untuk lawanya saya kira mikir-mikirlah kalau lawan dari petahana itu,” kata Ibnu Baihaqi, salah satu warga Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Rabu (29/10).
Tandasnya, sekarang ini figur yang digadang-gadang menggantikan sosok Kanang belum ada. Alasanya, dari segi manajemen pemerintahan jelas Kanang menjadi spesialisnya sehingga peran dalam menciptakan pembangunan berbasis pedesaan masih diharapkan masyarakat Ngawi sekarang ini.
“Memang tidak dipungkiri keberadaan Kanang sekarang ini plus minuslah. Masing-masing masyarakat mempunyai sudut pandang sendiri namun demikian bukan berati mengerdilkan dia atau memperbesar ruangnya dalam percaturan politik tahun depan,” bebernya lagi. Meski beberapa waktu sebelumnya sempat dihembuskan peta politik Ngawi bakal pecah menjelang kepemimpinan Kanang-Ony secara difinitif bakal berakhir 27 Juli 2015.
Dengan dasar tersebut jelas akan mempengaruhi pamor incumbent sedikit menurun kalau toh tanpa diikuti investasi politik yang diperbarui. Terlebih waktu bersamaan menjelang Pilkada yang bakal digelar serentak pada September 2015 ada beberapa partai politik (parpol) seperti PKB, PPP, Golkar dan PDI-Perjuangan mengadakan agenda musyawarah daerah (musda), begitu kutipan dari SiagaIndonesia.com
Sehingga memungkinkan sekali terjadinya pergeseran skema politik secara drastis seandainya saja komunikasi Kanang dengan parpol yang notebene sebagai pendulang suara pada 2010 lalu agak sedikit terganggu.
Namun perlu dicermati kemenangan Kanang-Ony secara mutlak pada Pilkada sebelumnya dengan meraih suara 54,39 persen tidak bisa dilepaskan dengan parpol pendukungnya.
Apalagi Kabupaten Ngawi merupakan basis pendukung “Banteng” dan loyalis Golkar, dari dua pemilihan legislatif yang pernah digelar, PDIP selalu menjadi pemenang diikuti Golkar menempati urutan kedua.Dari ketiga alasan tersebut menarik untuk mengetahui strategi politik yang digunakan pasangan Kanang-Ony sehingga mampu menang mutlak di 18 kecamatan dari 19 kecamatan di Kabupaten Ngawi.