NGAWI — Membincangkan tentang desa dan semua potensi didalamnya tentu akan bertemu dengan adanya sumberdaya alam yang melimpah, masyarakatnya yang ramah, lekuk alam yang menawan dan sedap dipandang, sistem kelembagaan dan pemerintahan, kebudayaan dan kearifan lokal berpadu dengan harmoni kehidupan di desa.
Desa yang mandiri tentu saja menjadi harapan semua pihak. Karena kemandirian suatu bangsa akan sulit terwujud jika masyarakat desa belum bisa mandiri sepenuhnya. Desa melalui BUMDesa (Badan Usaha Milik Desa) diharapkan bisa mewujudkan cita-cita luhur tersebut. Berbagai langkah dan kebijakan akan dilaksanakan oleh Pemerintah agar BUMDesa-BUMDesa yang sudah berdiri mampu berjalan dengan baik dan mengelola berbagai unit usaha yang bisa mewujudkan masyarakat desa yang maju, kuat, mandiri dan demokratis.
Seperti yang kemarin telah dilaksanakan, sebanyak 30 orang pengurus BUMDesa se-Kabupaten Ngawi mendapatkan kesempatan untuk belajar di Yogyakarta, tepatnya bersama dengan Institute for Research and Empowerment (IRE) Yogyakarta mulai tanggal 11-13 November 2018.
“Kegiatan ini merupakan salah satu program pembinaan yang difasilitasi oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Ngawi agar BUMDesa-BUMDesa yang sudah berdiri bisa menjalankan usahanya dengan baik”, terang Ken Hartati, Kepala Bidang Ekonomi Masyarakat DPMD Ngawi dalam sambutannya.
Lebih lanjut Ken juga berharap agar ilmu yang didapatkan bisa sebagai bekal dalam pengelolaan BUMDesa yang profesional, transparan, dan akuntabel sesuai harapan semua pihak.
Ada banyak materi yang disampaikan oleh narasumber-narasumber dari IRE seperti UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa, Perangkat Hukum BUMDesa, Organisasi dan Pengelolaan BUMDesa, Analisa Usaha dan Bisnis Plan, Penyusunan Laporan Keuangan, dan materi lain yang berkaitan dengan BUMDesa serta adanya sharing best practice dari beberapa pengelola BUMDesa yang sudah sukses di Yogyakarta.
Direktur Eksekutif IRE Yogyakarta, Sunaji Zamroni, berpesan kepada semua peserta bahwa BUMDesa harus bisa mengidentifikasi potensi dan aset-aset desa serta mengoptimalkan pendayagunaannya untuk kesejahteraan masyarakat.
“Pengelolaan BUMDesa tentu saja harus mengikuti regulasi yang ada. Setiap kegiatan harus diadministrasikan dengan baik dan tertib. Fokus utama BUMDesa diharapkan mengutamakan sosial bisnis dari pada profit oriented, agar kesejahteraan masyarakat bisa segera terwujud,” tegasnya.
30 BUMDesa se-Ngawi Belajar Organisasi Hingga Analisa Usaha di Yogyakarta. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peserta tampak antusias menyerap semua materi yang disampaikan. Ada sesi diskusi kelompok dan praktek langsung, sehingga materi lebih bisa dipahami oleh peserta.
Selain belajar secara teori di dalam ruangan, peserta juga diajak untuk berkunjung ke BUMDesa Amarta, salah satu Bumdesa binaan IRE di sesa Pandowoharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. BUMDesa ini bisa dibilang sangat bagus dan bisa dijadikan sebagai model percontohan. Dengan unit usaha berupa pengelolaan sampah, kebun organik, dan desa wisata, menjadikan desa ini seringkali menjadi lokasi kunjungan dari berbagai daerah untuk belajar bersama.
Tiga hari belajar tentang Bumdesa ada banyak pengetahuan, ide, gagasan, dan tentu saja peluang hingga bisa memacu semangat bagi seluruh pengurus Bumdesa untuk memajukan desanya masing-masing.(kn/alfa)