Desa Karang Tengah Prandon, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur yang menjadi pusat industri rumahan (home industry) tempe kripik, kini berpotensi menjadi pusat desa ekonomi biru (Blue Economy) dan desa mandiri energi.
Di Desa ini juga mempunyai potensi dijadikan daerah ekonomi biru, kata Kepala Pusat Pengkajian Kebijakan Daerah dan Kelembagaan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sebelas Maret (PPKDK LPPM UNS) Izza Mafruhan disela-sela penandatanganan kerja sama dengan BNI Cabang Solo di kampus UNS Kentingan Solo, Rabu (12/11/2014), seperti dilansir oleh Covesia.
Ia mengatakan kerja sama antara PPKDK LPPM dengan BNI Cabang Solo dalam rangka mewujudkan daerah tersebut yang berada di pinggir hutan itu menjadi Blue Economy dan sekaligus desa mandiri energi. “Desa Karang Tengah Prandon, Kecamatan Ngawi merupakan penghasil tempe kripik dan ternak sapi. Ternak sapi ini kalau dipadukan dengan usaha tempe kripik akan sangat bagus, karena kotoran sapi yang banyak itu bisa di jadikan energi,” katanya.
Jumlah UMKM home industry tempe mencapai 396 buah, dengan kapasitas produksi per hari 12.504 kilogram dan untuk produksi tempe kripik 738 kilogram dan bahan baku kedelai yang dibutuhkan sebanyak 13.242 kilogram. Ia mengatakan dari usaha tersebut mempu menyerap tenaga kerja 1.164 orang dengan komposisi 663 orang wanita dan 501 orang laki-laki. Untuk nilai investasi tahun 2013 mencapai Rp2,1 miliar lebih.
Pimpinan Cabang BNI Solo Syarif Sagap yang didampingi Erisman, S.TP Kepala Bagian Sentra Kredit Kecil BNI Solo, mengatakan kerja sama tersebut dalam rangka mendukung terciptakan Blue Economy. Ia mengatakan untuk mendukung tersebut BNI Cabang Solo ini memberikan bantuan sebesar Rp452 juta untuk pembelian paralatan dalam mengembangkan penelitian di daerah tersebut. “Ya untuk bantuan ini nantinya akan dicairkan dua tahap. Melalui ini diharapkan akan bisa memberikan dampak ekonomi yang lebih baik lagi kepada masyarakat yang tinggal di pinggir hutan itu,” katanya.