Hidup adalah rangkaian kejadian, ia dikemas dengan kesempatan, peluang dan harapan. Waktu adalah skala ukur ketiganya, ketika waktu terus berputar tanpa henti. Saat itulah sikap tegas dan sigap mengambil kebermanfaatan yang harus diterapkan. Termasuk di dalamnya untuk bercita-cita, menata cita-cita hingga mengejarnya.
Menata Cita – Cita. Dalam peluang hidup, rangkaian citamu akan terus berada di depan. Menjadi mutiara di masa mendatang, menjadi pelita saat gelap, menjadi mahkota di sela kelelahan. Seolah punya nyawa, ia meminta untuk diperjuangkan. Beradalah cita-cita di depan sana. Ia menuntut kaki-kaki untuk mengejar, membutuhkan uluran tangan-tangan untuk menggapai. Butuh waktu, butuh usaha keras, strategi dan beragam pengorbanan. Namun, terus tempatkan cita-cita itu tepat di depan keningmu.
Menata cita-cita tepat di depan kening, dimaksudkan adalah menata cita-cita yang saat ini terimpikan senantiasa dalam pikiran. Setinggi apapun cita-cita kamu tetaplah harus diperjuangkan, meskipun untuk meraihnya membutuhkan jatuh bangun sekali, dua kali, tiga kali sampai berkali-kali. Pun jika terasa sakit, maka teruslah bangkit. Dengan merasakan jatuh dan bangun kita akan tahu cara yang terbaik nantinya untuk mendapatkan cita-cita tersebut seperti apa. Hingga benar-benar, cita-cita itu dapat kita gapai dengan sempurna.
Jika sudah demikian, sekarang buatlah sebanyak mungkin targetan cita-cita. Tulis setinggi mungkin harapan dan keinginanmu. Kelak kamu akan bisa memenuhi cita-cita kamu tersebut meskipun membutuhkan tenaga maupun pikiran yang menguras, peluh dan keringat yang dikucurkan.
Bercita-citalah setinggi mungkin, bukankah tak ada yang tak mungin di dunia ini kecuali kita berusaha, berdoa dan ikhtiar? Ganbareba, dekiru!
Oleh Indah Sri Lestari