NGAWI — Pemerintah kabupaten Ngawi kembali menegaskan terus memantau perkembangan klaster santri Temboro asal Ngawi yang beberapa waktu lalu menjalani rapid test dengan belasan orang terindikasi reaktif/positif.
Bupati Ngawi, Ir. Budi Sulistyono (Kanang) dalam keterangan persnya di ruang data Pendopo Kabupaten Ngawi menyampaikan bahwa saat ini, sebenarnya Ngawi sudah tidak merah lagi, namun masih harap-harap cemas menunggu hasil dari klaster Temboro.
“Sebenarnya kita sudah tidak merah lagi, tapi kita masih menunggu harap-harap cemas dengan klaster temboro,” ujar Kanang dalam keterangan persnya, Senin (04/05/2020).
Lebih lanjut disampaikan oleh Bupati yang didampingi oleh beberapa pejabat, bahwa klaster temboro tersebut luar biasa. Pihaknya terus mencermati, mendetailkan semua, santri-santri yang datang dari temboro tersebut.
Dijelaskan bahwa mulai tanggal 21 April 2020 lalu, pihak Dinas Kesehatan Ngawi telah melakukan tracing pertama kali kepada santri Temboro asal Ngawi yang datang, 7 orang santri beserta orangtuanya di Pangkur.
“Semua negatif saat dilakukan rapid test,” ujarnya.
Tanggal 22-23 April 2020, semua santri asal Ngawi klaster Temboro dan keluarga yang menyertainya mengikuti screening rapid test dengan jumlah 238 orang. Yang mengikuti test sebanyak 235 orang, 3 lainnya telah kembali ke ponpes sebelum dirapid.
“Hasil dari 235 santri, 11 santri positif, 224 santri non reaktif (negatif),” imbuhnya.
Ada 1 santri, lanjut Kanang, yang hasilnya reaktif dijemput oleh orangtuanya dari desa Danguk, kecamatan Karangjati dan langsung dikembalikan ke ponpes Temboro, Magetan. Terkait hal tersebut, pihak Ngawi telah berkomunikasi dengan pemerintah Magetan.
Dari 10 orang yang diketahui hasil rapid tes nya reaktif, pada tanggal 24 April 2020 dilanjutkan dengan pengambilan swab yang pertama dan kedua. Sampai saat ini hasil swab masih ditunggu.
Kemudian dijelaskan pula oleh Bupati bahwa, 224 santri lain yang sebelumnya non reaktif (negatif) akan dilakukan lagi rapid test untuk memastikan perkembangannya. Dan akan melakukan tambahan swab lagi untuk salah satu orang yang rapid test pertamanya negatif namun tes kedua positif.
“Semuanya sudah dilakukan isolasi mandiri terutama yang rapid nya positif, maka harus mandiri dalam 1 rumah sendiri, tidak dalam 1 kamar sendiri,” tegas Kanang.
Ia menyebutkan bahwa protokol yang diiptakan di Ngawi, kalau tidak mandiri akan diambil alih oleh petugas dari pemda atau pemdes, sedangkan kepada yang keluarganya tidak positif, harus keluar rumah dan diisolasi di tempat yang berbeda.
Dalam kesempatan ini, Bupati juga menjelaskan bahwa karakter klaster Temboro ini sangat jauh berbeda dengan klaster PDP-15 yang sebelumnya telah dikonfirmasi positif. Jika klaster PDP-15 asal kecamatan Widodaren tersebut langsung ada gejala, sehingga diisolasi rumah sakit, klaster temboro hampir semuanya termasuk Orang Tanpa Gejala.
“Semua seperti biasa, seperti kita, selain itu dari perbedaan usia, Temboro mulai 15,16,17 bahkan ada yang dibawahnya lagi,” terangnya.
Dari dua macam klaster tersebut, Bupati berpesan kepada seluruh masyarakat Ngawi untuk memahami bersama dan menyadari sepenuhnya untuk selalu hidup bersih, selalu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap saat, mandi di rumah sesering mungkin setelah selesai beraktivitas di luar rumah, pakai masker setiap saat, jaga jarak.
“Sampai dengan beribadahpun, tatanan harus dijaga. Selain itu harus istirahat cukup, makanan bergizi, sehingga imun tercipta baik, olahraga cukup,” ujarnya.
Bupati juga berharap semua hasil dari klaster Temboro yang saat ini masih ditunggu semuanya bisa negatif, dan seluruh masyarakat kabupaten Ngawi selalu waspada. (cse)