FRANKFURT, JERMAN – Sebuah proyek pertama yang merupakan terobosan baru dari organisasi TakTakut.ID yang diberi nama Temukarya Peminat Baca (TPB) berhasil digelar di Ruang Serbaguna Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Frankfurt am Main, Jerman, Sabtu (10/02/2018).
Dalam event perdana yang sekaligus sebagai launching TakTakut.ID di Jerman ini menghadirkan tiga pembicara hebat, diantaranya Faraha Hamidi, Jeanne Svensky Ligte, dan Pujiarti yang masing-masing mewakili tiga kategori bahasan dalam TPB, yakni ilmiah, sastra non-fiksi, dan fiksi.
Temukarya Peminat Baca Perdana Sukses digelar di Jerman. Direktur Eksekutif TakTakut.ID Gilang Maulana Majid menyampaikan, selain memberikan pandangannya mengenai isu literasi, ketiganya secara langsung turut mengambil bagian dari gerakan melawan isu rendahnya minat baca yang ada di masyarakat saat ini.
Ketiganya memiliki fokus perhatian yang berbeda. Faraha Hamidi, mahasiswi doktoral Goethe University of Frankfurt, Jerman, asal Malaysia menjadi pembicara untuk kategori ilmiah, yakni dengan bahasan topik penelitiannya tentang Sastra Alternatif dalam Bahasa Inggris di Malaysia.
Pembicara kedua, Jeanne Svensky Ligte mengisi kategori non-fiksi. Mahasiswi Techniche Hochschule Wildau Brandenburg University ini menyampaikan ulasan dari bukunya yang berjudul Soul Travellers: Turning Miles into Memories, yang ia tulis bersama dengan 38 kontributor lainnya.
Sementara itu, Pujiarti, mahasiswi master di Goethe Univercity of Frankfurt, Jerman, menguraikan penggalan novel karya Ahmad Fuadi yang berjudul Anak Rantau. Secara pribadi ia juga menyampaikan pentingnya memiliki kebiasaan membaca dan manfaat dari membaca sebuah karya fiksi.
Seperti diketahui TPB adalah sebuah konsep seminar dengan beberapa standar khusus yang dirancang oleh Organisasi TakTakut.ID. Program ini bisa didupliklasi di berbagai tempat oleh siapapun yang tergabung dengan organisasi apapun. Dirancang untuk memberikan ruang literasi bagi seluruh lapisan masyarakat, baik dari kalangan akademisi maupun non-akademisi. TPB menjadi menarik karena mengedepankan nilai-nilai inklusivitas, yakni usaha untuk melibatkan seluruh kalangan masyarakat dalam kegiatan membaca.
Dalam kesempatan ini Gilang juga menyampaikan bahwa TakTakut.ID membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin menyelenggarakan TPB selanjutnya di kota masing-masing. Ia pun menjelaskan bahwa TakTakut.ID juga membuka peluang kepada siapa saja untuk bisa bersama mengembangkan organisasi/startup yang ia mulai ini.
“Konsep TPB sangatlah sederhana, tetapi dampaknya dapat menjadi sangat besar karena kenyamanan suasana acara yang ditawarkan, ditambah dengan hidangan gratis yang disajikan bagi seluruh peserta. Kita berharap dapat melihat TPB ke-2, ke-3 dan seterusnya dari berbagai tempat. Untuk keterangan TPB lebih lanjut, dapat menghubungi tim kami melalui email [email protected],” jelas pemuda asal Ngawi ini.
Respon audiens sangat baik, lanjut Gilang. Tidak hanya atas proyek TPB yang perdana digelar, tetapi juga kepada organisasi TakTakut.ID itu sendiri. Ia berharap agar semangat gerakan literasi yang digalakkan oleh TakTakut.ID dapat terus menyebar di berbagai kalangan, baik di dalam maupun luar negeri.
Salah satu peserta TPB perdana bernama Gege, menangkap bahwa visi proyek ini sangat baik karena ia memimpikan untuk dapat melihat salah satu petani di negara kita menjadi pembicara di sebuah seminar – dengan bermodalkan bacaan yang mereka baca sebelumnya.
Temukarya Peminat Baca Perdana Sukses digelar di Jerman. Penyelenggaraan kali ini didukung oleh sejumlah pihak, diantaranya KJRI Frankfurt, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia, Persatuan Masyarakat Indonesia Frankfurt (Permif), Perhimpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia Jerman (Permian), Forum Mahasiswa LPDP (Formal) Jerman, PPI Jerman, PPI Frankfurt-Darmstadt (Frada), Masjid Indonesia Frankfurt, PPI TV, dan Departemen Southeast Asian Studies Goethe University of Frankfurt. (*/cse)