NGAWI — Banyak masyarakat Indonesia yang sudah tahu apa itu Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Tentunya UMKM membahas tentang bisnis yang dijalankan individu, rumah tangga, atau badan usaha ukuran kecil yang dilakukan dengan omzet pertahun, jumlah kekayaan, dan aset serta jumlah karyawan.
Dari statistik dan riset yang dilakukan oleh beberapa pihak, UMKM mewakili sejumlah kelompok usaha terbesar. Pelaku usaha dengan karakteristik tersebut banyak ditemukan di sekitar kita, baik saudara, teman, maupun tetangga.
Seperti pemilik UMKM fashion di pasar Walikukun, yaitu seorang ibu yang bernama Yuni Sulistyawati, yang membuka usaha, karena turun temurun orang tuanya. Yuni yang saat ini berusia 39 tahun telah merintis usaha sejak tahun 2005, sudah sekitar 16 tahun lamanya ia berjualan.
Yuni dibantu satu karyawan yang membantunya berjualan. Fashion yang dijual banyak dan sangat bermacam-macam seperti pakaian jadi wanita, pria, anak, serta perlengkapan sekolah. Ia mengambil dagangannya dari pasar Klewer, Solo.
Ibu 3 anak ini merintis usaha atas kemauan sendiri dan belum pernah sama sekali bekerja di tempat lain. Karena bagi Yuni, bekerja yang paling menyenangkan adalah membuka usaha sendiri. Menurutnya, lokasi yang cocok dan sangat menarik yaitu seperti di pasar dan dekat dengan keramaian atau kumpulan orang.
Kebanyakan para konsumen memilih barang yang variasinya lebih banyak dan bermacam merek. Yuni pun demikian, ia menyediakan barang yang lebih banyak merek bukan hanya satu macam merek saja. Kurang lebih ada 10 merek yang ia jajakan.
Untuk menyimpan stok baju Yuni menyiapkan lemari khusus. Bukan hanya itu, peralatan lain yang ia siapkan antara lain adalah manekin (patung), juga hanger baju dan hiasan lainnya agar para konsumen bisa mengetahui lebih jelas dan pasti bahan yang ia jual.
Yuni menyewa tempat untuk berjualan dengan biaya 3 juta per tahun. Di masa pandemi ini, Yuni melakukan promosi dengan menggunakan media Whatsapp Messenger dan Instagram. Pendapatannya tidak menentuk selama ada pandemi ini, 1 hari bisa sekitar Rp 150 ribu dan 1 bulan bisa mencapai sekitar Rp4.500.000.
Meski dulu pernah gagal karena modal usaha yang semakin menipis, namun dengan semangatnya, Yuni ingin kembali meningkatkan penjualan tokonya di masa pandemi yang sudah lama ini, meskipun jam berjualannya harus dipangkas kurang lebih 3 jam dari biasanya selama adanya Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Satu hal yang selalu ia lakukan adalah bagaimana untuk bisa berjualan scara optimal atau maksimal, yaitu dengan hati yang senang dan tidak ada tekanan sedikitpun.
Pandemi tentu harus disikapi dengan lebih bijak. Ketika melakukan usaha perlu diimbangi dengan pengoptimalan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), agar protokol kesehatan dengan tidak berkerumum tetap diterapkan dan dagangan bisa tetap laku karena dengan sistem online.
____
Oleh : Natasha Kins Key (Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta)
Editor : Redaksi