Zuhud dan Kemegahan Tunggangan Ulama. Foto-FB Ikhwan Sopa
Ustadz Abu Ashim bin Musthofa dalam sebuah artikelnya yang berjudul Zuhud yang Banyak Disalah Fahami pernah menyampaikan bahwa dalam pengertian banyak orang, zuhud adalah menghindari hal-hal yang bersifat keduniaan. Mereka tidak mengerti, mana perkara-perkara duniawi yang tercela, yang harus ditinggalkan, dan mana yang boleh didekati. Sehingga iblis berkesempatan mempermainkan mereka. Lahirlah anggapan bahwa seseorang tidak akan selamat akhiratnya, kecuali jika meninggalkan dunia seisinya. Kalau perlu menyendiri di suatu tempat terpencil, khusus untuk melakukan peribadatan kepada Allah. Meskipun dengan meninggalkan keluarga, orang tua dan bahkan shalat berjama’ah serta shalat Jum’at. Sebagian orang menganggap, inilah zuhud yang hakiki. Persepsi semacam ini muncul lantaran kedangkalan terhadap ilmu agama.
Orang awam yang jenuh dengan gemerlap dunia, atau muak melihat kepalsuan serta tipu muslihat dunia dan ingin mendapatkan ketenteraman rohani, mungkin akan mudah terperangkap dalam pengertian zuhud di atas. Ia akan lahap untuk mendengarkan secara salah ayat-ayat, hadits-hadits serta ceramah-cermah yang berisi celaan terhadap dunia. Asal berbau dunia, semuanya buruk dan negatif. Akhirnya akan berasumsi bahwa keselamatan akhirat hanya dapat diraih dengan meninggalkan dunia, meningalkan pekerjaan dan bermalas-malasan dengan dalih ibadah.
Zuhud dan Kemegahan Tunggangan Ulama. Kesalahpahaman dalam memaknai zuhud akhir-akhir ini tampak diviralkan oleh publik secara luas. Dengan menyorotkan pandangan pada beberapa ulama negeri ini yang tampak glamour dengan tunggangan (kendaraan) mewahnya untuk beraktivitas. Sebut saja Aa’ Gym, Yusuf Mansyur, Habieb Rizieq, dan beberapa tokoh ulama lainnya. Publik kemudian melabel-kan gaya hidup dan kemewahan mereka dengan sikap ketidakzuhudan (tidak hidup dengan zuhud sebagaimana yang dicontohkan dan dipesankan oleh Rasulullah SAW).
Padahal jika sekilas kita memberanikan diri untuk throwback tentang kuda tunggangan Rasulullah yang digunakan semasa perang. Harian SuaraTV pernah melansirkan berita di Mei 2016 lalu bahwa “Baka ‘Kuda Emas’ Milik Nabi Muhammad Dijual dengan Harga RM8 Billion”.
[quote]
“Kuda ini berasal dari Turki dikatakan sebagai kuda tercantik di dunia dan record harga kuda paling mahal di dunia, ialah RM8 Billion yaitu baka kuda perang milik Rasulullah SAW”, jelasnya.
[/quote]
Harga tersebut jika dikonversikan ke dalam rupiah pada hari ini senilai 24,06 T. Jadi dengan menyadur statement dari Azzam Mujahid Izzulhaq, “Zuhud itu terletak di hati, diejawentahkan dengan karakter gemar berbagi. Tak ada hubungannya dengan apa yang dipakai atau yang digunakan. Toh kapanpun, jika apa yang ada itu perlu diberikan, ya diberikan dengan ringan tangan”, ungkapnya.
Selamat belajar untuk berzuhud dengan pemaknaan yang sebenarnya. (ske/ern)