Motif Batik Ngawi – Batik Ngawi Kalitempuk
Pada tekstil tradisional, selain untuk memenuhi kebutuhan sandang, juga memiliki makna simbolis di balik fungsi utamanya. Beberapa kain tradisional Indonesia dibuat untuk memenuhi keinginan penggunanya untuk menunjukkan status sosial maupun kedudukannya dalam masyarakat melalui simbol-simbol bentuk ragam hias dan pemilihan warna.
Dalam teknik pewarnaan, ada sebuah teknik pewarnaan yang disebut dengan teknik rintang warna dengan menggunakan lilin/malam, yaitu teknik batik. Pada masa Kerajaan Majapahit, teknik batik diaplikasikan di atas daun lontar. Setelah diperkenalkan material kain dari serat katun, sebagai pengganti serat alam lainnya yang lebih kasar, teknik batik mulai diaplikasikan di atas kain katun. Kain batik, semula hanya dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan kerajaan, namun teknik tersebut mulai dikenal masyarakat di luar keraton dari para pengrajin batik. Lambat laun kegiatan membatik menjadi mata pencaharian masyarakat sekitar kerajaan.
Berbicara masalah simbolis, batik kota Ngawi juga mempunyai simbol-simbol tertentu yang sekaligus juga sebagai ciri khas batik kota Ngawi. Berikut ini adalah Berbagai Motif Batik Ngawi :
-
Motif Bambu, motif bambu merupakan ciri khas kota Ngawi yang menurut sejarah terjadinya nama Ngawi berasal dari kata “awi” yang artinya “bambu”,
-
Motif Pohon dan Bunga Jati, motif ini juga memberi gambaran bahwa Kabupatn Ngawi merupakan salah satu daerah penghasil hutan jati, terutama berada di daerah area Kecamatan Mantingan, Walikukun, Karanganyar, Pitu dan Bringin,
-
Motif Daun Teh, motif ini menggambarkan bahwa kabupaten juga mempunyai perkebunan teh hasil peninggalan Belanda yang terkenal dengan nama perkebunan teh Jamus yang berada di daerah kecamatan Sine,
-
Motif Pohon Karet, motif ini menggambarkan bahwa kabupaten Ngawi juga mempunyai komoditiyaitu perkebunan karet Tretes yang berada di kecamatan Sine,
-
Motif Kali Tempuk, motif ini menggambarkan bahwa di kabupaten Ngawi terdapat suatu tempat bertemunya (tempuk) dua sungai besar yaitu bertemunya kali Madiun dengan Bengawan Solo yang juga merupakan tempat wisata lokal yang dikunjungi warga Ngawi.
-
Motif Padi, motif ini menggambarkan bahwasanya kabupaten Ngawi merupakan salah satu daerah yang punya komoditi dari hasil pertanian karena memang mayoritas penghasilan warga atau penduduk Ngawi berasala dari sektor agraria,
-
Motif Bulus, motif ini menggambarkan bahwasanya kabupaten Ngawi mempunyai sebuah upacara adat yang berada di Desa Tawun Kecamatan Kasreman yang disebut “keduk beji”, yang menurut cerita upacara ini disimbolkan dengan hewan bulus (semacam kura-kura),
-
Motif Tulang dan Manusia Purba, motif ini menggambarkan bahwa Ngawi merupakan area prasejarah dimana diketemukannya fosil-fosil manusia purba dan hewan purba bahkan tempat tersebutnya didirikannya sebuah museum yang disebut dengan nama ”museum Trinil” yang berada di desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar.
-
Motif Benteng Pendem, motif ini memberikan gambaran bahwasanya di Ngawi ada sebuah tempat bersejarah dalam kaitannya dengan penjajahan Kolonialisme Belanda.
-
Dan masih banyak lagi motif yang lainnya.