Bringin – Gema suara adzan isya mengalun syahdu terdengar dari masjid kampung sebelah saat gending – gending jawa dari 4 buah sound system di halaman Pendopo Kecamatan Bringin dihentikan. Namun masih saja celoteh anak-anak, tawa riang orang-orang, lalu lalang warga sekitar dan suara diesel saling berbaur jadi satu padu, menjadikan suasana malam menjadi semakin riuh dan ramai seperti tempat orang punya hajatan.
Yaa, malam kemarin, Kamis Pahing, 25 Agustus 2016, Kantor Camat Bringin memang sedang punya hajatan. Malam ini adalah puncak peringatan Dirgahayu RI ke-71 di Kecamatan Bringin. Hampir sebulan penuh serangkaian acara kenegaraan dan kegiatan lomba-lomba telah dilaksanakan secara lancar dan sukses berkat dukungan penuh dari seluruh panitia, jajaran muspika dan tentu saja berkat partisipasi dari seluruh lapisan warga masyarakat Kecamatan Bringin.
Sebagai bentuk rasa syukur atas capaian kerja keras panitia kegiatan dan untuk menghibur seluruh warga, ketua panitia perayaan agustusan di kecamatan, Bapak Ir. Agus Arif Faridi, MSi menyiapkan acara spesial berupa pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Tak tanggung-tanggung, 2 (dua) dalang sekaligus diundang untuk unjuk kebolehan dalam seni wayang. Kedua dalang tersebut bukan sembarang dalang pada umumnya. Mereka adalah dalang cilik dari SMPN 1 Bringin yang telah menorehkan prestasi di Provinsi Jawa Timur sebagai Juara Harapan 1 beberapa bulan yang lalu. Duet Dalang Cilik Ramaikan Kecamatan Bringin. Kedua anak yang masih duduk di bangku SMP tersebut adalah siswa yang selain belajar buku-buku pelajaran juga mengembangkan bakat seni di Sanggar Seni Sekar Arum binaan Bapak Supar dan Bapak Suyatno, S.Pd.
Tepat jam 20.00 waktu setempat, tetabuhan kendang, gong, bonang, saron, demong, kenong, gambang dan berbagai instrumen khas musik jawa mulai berbunyi saling bersahut-sahutan mengiringi tempo dalam gending pembuka Sekar Arum yang dinyanyikan oleh 5 (lima) orang sinden yang juga masih anak-anak. Tak kurang dari 15 anak pemain instrumen musik jawa berkonsentrasi memainkan satu persatu alatnya masing-masing sambil sesekali melihat buku sakunya demi memastikan not-notnya tepat dan sesuai kaidah musik gamelan jawa. Ruarrrrr biasa….
Sang dalang juga tak mau kalah. Pada sesi pertama,adimas dalang Dani Rangga memainkan Sabetan, semacam opening untuk sebuah drama perang dalam tokoh antagonis melawan protagonis. Hentakan kaki di lempengan besi bersuara creng-creng dan ketukan palu bersuara thok-thok menjadi pusat pendengaran sambil menyaksikan 2 tokoh wayang beradu kekuatan. Pada sesi kedua, adimas dalang Deva Veri Ananta memainkan lakon Gatotkoco Jedi, cerita sang superhero yang terjun dan bertapa di Kawah Candradimuka demi sebuah nilai-nilai perjuangan, pendalaman ilmu dan kebijaksanaan berpikir serta menempa kekuatan untuk membela kebenaran.
Rembulan hampir tengkurap di peraduan, dini hari menjemput hawa dingin musim kemarau yang kering. Ribuan penonton yang memadati halaman pendopo kecamatan mulai merasakan kantuk saat alur cerita lakon Gatotkoco Jedi selesai digelar oleh sang dalang cilik. Meski pulang membawa rasa kantuk, badan kedinginan dan sedikit jajanan pedagang kaki lima, hiburan setahun sekali ini setidaknya merupakan suguhan menarik melepas kejenuhan rutinitas harian.(alfa)