Inovasi Ceriping Telo dan Marning Mak Rambe oleh Tim KKN UGM. Foto-Atus
PITU – Sebuah terobosan dan inovasi diinisiasi oleh tim mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM) periode antar semester 2017 yang didasari pada kondisi Desa Pitu, Kecamatan Pitu yang memiliki kekayaan alam dan lahan produktif melimpah, sehingga menjadi penghasil komoditi pertanian yang cukup besar khususnya jagung dan ketela.
Suci Fauziyah Hilmi (Teknik Industri UGM, 2014) dan Aulia Fasya Baehaqi (Teknologi Industri Pertanian UGM, 2014) menginisiasi pengolahan ketela dan jagung untuk dijadikan panganan ringan yang memiliki nilai jual.
Dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan, Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., keduanya bersama 28 mahasiswa KKN-PPM UGM Unit JTM03 Desa Pitu berhasil mengubah komoditas jagung dan ketela dengan sentuhan inovasi sederhana menjadi ceriping (keripik) dan warneng (marning).
Menurut keterangan yang disampaikan oleh Atus Syahbudin selaku Dosen Pembimbing, proses penambahan nilai dari hasil pertanian menjadi produk bernilai jual lebih belum dilakukan oleh masyarakat setempat. Timnya yang terdiri dari mahasiswa KKN-PPM UGM Unit JTM03 memelopori pelatihan pengolahan pangan kepada masyarakat di Dusun Gunung Rambut yang berlokasi di tengah hutan jati.
Atus membeberkan bahwa cara pengolahan hasil jagung dan ketela sebenarnya sangat sederhana. Ceriping telo sendiri diolah dengan mengambil ketela asli dari lahan tani masyarakat Gunung Rambut yang masih segar dan berisi padat. Pertama-tama ketela dikupas hingga bersih dari kulitnya, lalu diiris tipis-tipis. Ketela yang telah diiris tipis berbentuk kepingan direndam dalam bumbu racikan khas Gunung Rambut selama 15 menit. Kemudian ketela hasil rendaman digoreng dalam minyak panas, berkisar 15 menit. Setelah ditiriskan dan telah dingin, ceriping ketela diberi tambahan bumbu olahan dengan rasa yang beragam.
Pengolahan marning tidak terlalu berbeda. Jagung tua pipil direbus dengan air kapur sirih hingga lunak. Kemudian cuci bersih jagung, lalu dilakukan perebusan kembali hingga biji jagung mekar. Biji jagung yang telah mekar direndam bumbu racikan khas Gunung Rambut selama 15 menit. Proses terakhir adalah melakukan penggorengan hingga jagung menjadi renyah. Setelah ditiriskan dan telah dingin, ceriping ketela diberi tambahan bumbu olahan dengan rasa yang beragam sesuai dengan cita rasa nusantara.
Atus mengaku bahwa dalam melakukan inovasi sederhana ini, proses pengolahan jagung dan ketela dilaksanakan sebanyak tiga kali di rumah warga. Mulai pengambilan bahan baku proses produksi telah melibatkan warga Gunung Rambut, terutama ibu-ibu PKK yang menjadi target pemberdayaan pengolahan produk ceriping dan marning.
Sementara itu, masih menurut keterangan Atus, salah satu mahasiswanya, Arif Rohman Mu’tasim (Manajemen 2014) mengupayakan jalur pemasaran dan percobaan distribusi hasil olahan tersebut agar dapat memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat Gunung Rambut. Memberikan trade mark “Mak Rambe” dan brand tradisional, untuk menunjukkan bahwa produk Ceriping Telo dan Marning Mak Rambe diolah dengan cara alami, berbahan baku langsung dari alam, serta dengan resep asli, seasli resep nenek moyang.
Sedangkan agar produk ini benar – benar diterima konsumen dari semua kalangan, dilakukan pembuatan kemasan produk yang didesain dengan beberapa varian. Adalah Dian Nur Isroin (Budidaya Pertanian 2014) membagi kemasan menjadi tiga macam, yakni kemasan oleh-oleh, kemasan keluarga, dan kemasan ecer. Tentunya Inovasi Ceriping Telo dan Marning Mak Rambe oleh Tim KKN UGM ini akan menjadikan produk lebih bernilai jual dan harapannya pendapatan penduduk akan naik. (kn/cse)