Dear Kampoeng,
Saya sedang galau, bukan karena tidak punya pacar atau ditinggal pergi suami.
Nama saya retno, saya honorer di salah satu sd di Ngawi. Dari sekian banyak pegawai di sd ini, honorer atau sukwan nya ada 10. 3 mengajar, 6 tu, dan 1 operator.
Saya sebenarnya tidak mau iri dengan rekan2 guru yg sudah pns, tapi seperti nya saya dan kedua teman saya yang mengajar sepertinya porsi kami sangat banyak, bahkan lebih dari mereka yg pns. Bukan hanya jam mengajar, namun berbagai kegiatan sekolah, kami yg berkiprah.
Sementara itu Ngawi cukup alot dan sangat terkenal dengan membeli jabatan, dan atau pengangkatan.
Kegalauan saya bertambah ketika ngawi termasuk salah satu kabupaten yang tidak membuka seleksi cpns, padahal kebutuhan tenaga pendidik masih blm cukup alokasinya dan saya tidak bisa mendaftar ke tempat lain karena orang tua saya. Saya sbagai anak tunggal harus menemani ibu saya yang sudah sendirian.
Kiat2 apa saja yang bisa memberikan kami motivasi? Serta kira2 Ngawi itu bagaimana? Kok seperti ini terus , ingin pns harus membayar sekian ratus juta.
Mbak Retno yang baik hati, saya sangat terharu membaca tulisan anda. Jika kebanyakan orang sekarang galau karena cinta atau masih menjomblo. Maka mbak Retno sudah melampaui standar itu. Mbak Retno galau tentang kondisi Ngawi yang memprihatinkan dan ketidakadilan yang terjadi di sekolah. Kalu boleh saya bilang, ini adalah jenis galau yang berkualitas.
Tentang porsi mengajar Mbak Retno sebagai tenaga honorer yang lebih banyak daripada porsi Guru yang sudah PNS, sebaiknya tidak perlu dikhawatirkan. Karena kasus seperti ini memang banyak terjadi juga di lain tempat. Kecenderungan Guru baru/honorer pasti diberi pekerjaan lebih banyak dengan penghasilan lebih sedikit dibanding Guru senior/pegawai tetap/PNS.
Bukankah ini tidak adil ??? Memang ini tidak adil. Tetapi beginilah kenyataan yang terjadi. Pembagian yang adil adalah tugas pemimpin. Sedang tugas kita adalah taat kepada pemimpin. Kalo terjadi ketidakadilan seperti ini. Silakan Mbak Retno mengingatkan secara baik-baik kepada pemimpin/Kepala Sekolah. Sebaiknya mengingatkan secara pribadi dan tidak diketahui orang lain. Apalagi membahasnya di media sosial, jangan ya. Karena semua orang tidak akan suka bila diingatkan di depan orang banyak. Ingatkanlah dengan bahasa yang baik, jauh dari emosional. Siapkanlah solusi yang baik menurut mbak Retno. Sampaikanlah, Karena bisa jadi sang pemimpin belum mengetahui tentang hal ini secara detil.
Setelah diingatkan, semoga ada perubahan menjadi lebih baik. Senang sekali bukan. Tetapi bagaimana, kalau sudah diingatkan, tapi tidak ada perubahan. Bahkan saran Mbak retno diabaikan begitu saja. Jangan bersedih, karena itu adalah hak pemimpin. Dan tugas kita tetap mentaatinya. Maafkanlah, tapi jangan pernah dilupakan. Memaafkan kekurangan orang lain akan membuat gejolak di dada kita menjadi tenang. Tidak melupakan, maksudnya adalah ketika nanti Mbak Retno jadi pemimpin di manapun. Ingatlah akan hal ini. Sehingga Mbak Retno sebagai pemimpin akan selalu bisa berbuat adil.
Peristiwa di sekolah Mbak Retno ini sebenarnya mirip dengan kasus PNS yang terjadi di Ngawi. Untuk menjadi PNS harus membayar ratusan juta dengan berbagai modusnya. Tentu ini sangat tidak adil bukan. Seleksi pegawai tidak lagi berdasar kompetensi, tetapi sudah menjadi jual beli. Padahal seseorang akan bekerja dan berprestasi sesuai dgn niat awalnya. Kalau seleksi pekerjaan diawali dengan jual beli, maka pekerjaan selanjutnya adalah meneruskan jual beli sampai tercipta keuntungan. Cuma uang adalah candu yg paling hebat. Semakin untung ataupun rugi , maka semakin ketagihan jual belinya. Dan pelayanan sebagai pegawai sedikit demi sedikit akan terlupakan.
Pertanyaannya, bagaimana bila hal seperti itu menimpa kita. Apa yang harus kita lakukan? lebih tepatnya, apa yang masih bisa kita lakukan?
Bila keadilan belum datang, tetaplah kita bekerja sebaik mungkin. Karena kualitas kerja kita yang sesungguhnya baru teruji saat kondisi yang tidak menyenagkan seperti ini menimpa kita. Masihkah kita bisa bekerja dengan baik? Itulah kualitas kita sesungguhnya.
Ada banyak orang yang bisa bekerja dengan baik saat lingkungannya sudah baik, sistemnya sudah tertata rapi, serta pembagian hak dan kewajibannya juga adil. Bahkan orang yang sebelumnya tidak bisa bekerja dengan baik pun, akan terpengaruh menjadi baik.
Tetapi bagaimana bila kondisi lingkungan kerja adalah kebalikan diatas? Penuh manipulasi, Korupsi membudaya, saling jegal dan saling fitnah. Berapa orang yang bisa bekerja dalam kondisi seperti itu?
Hanya sedikit orang. ya hanya sedikit.
Seperti itulah emas. Emas adalah jenis logam yang sangat sedikit sekali di dunia itu. Karena itu emas berharga mahal, bahkan menjadi standar dari kekayaan dan kesuksesan dunia. Kualitas emas inilah yang harus kita tuju dalam pekerjaan. Kualitas yang hanya dimiliki sedikit orang yang mau bekerja lebih rajin, lebih teliti, lebih disiplin, dan lebih cepat. Sekaligus lebih sabar, lebih menghargai orang lain, dan tidak pernah berputus asa-sebelum kesuksesan tercapai.
“Iya benar, idealnya seperti itu. Tapi kan susah?”
Susah tidaknya sebuah proses akan menentukan hasil akhirnya. Seperti emas, logam ini berada di bawah tanah yang sangat dalam. Untuk masuk ke dalamnya saja butuh perjuangan keras dan masih beresiko terkubur dalam tanah. Terpendam dalam balutan lumpur yang pekat. Untuk mengambilnya dari dalam tanah butuh kesabaran dan keuletan tinggi. Setelah mendapat biji emas, masih harus dipisahkan dari lumpur yang melekat. Memisahkannya harusdengan dipanaskan, dengan suhu yang sangat tinggi. Selanjutnya melalui proses pemurnian yang cukup rumit. Setelah itu baru jadilah sebatang emas.
Maka, kalau kita ingin mendapat emas. Kita harus tabah dan gigih dalam meraihnya. Lewat berbagai macam proses panjang tadi. Kalo kita menyerah sebelum sukses, kita hanya akan mendapat lumpur. Gak mau kan? Ayo terus berusaha. Karena emas selalu berada di dalam lumpur. Kemudahan selalu dikelilingi oleh berbagai kesulitan 🙂
Semoga setelah ini Mbak Retno jadi lebih bersemangat meskipun bekerja di kubangan lumpur. Karena itu berarti sudah sangat dekat dengan emas.
Bila Mbak Retno mendapat jam mengajar paling banyak, sesungguhnya Mbak Retno berkesempatan untuk menjadi Guru yang paling berilmu dibanding yang jam mengajarnya sedikit. Karena untuk mengajar, kita harus belajar dulu. Dan Rezeki itu akan selalu mendekat kepada ilmu.
Bila Mbak Retno sering mendapatkan tugas diluar mengajar yang sangat banyak pula, bersyukurlah. Berarti Mbak Retno berkesempatan bertemu siswa, orang tua, dan orang-orang lain jauh lebih banyak daripada yang tidak kebagian tugas. Semakin banyak aktivitas berarti semakin banyak silaturrahim. Sedang silaturrahim adalah pembuka pintu rezeki. Belum secara keilmuan dan pengalaman Mbak Retno yang juga akan semakin bertambah. Sehingga kelak, saat tiba masanya Mbak Retno jadi pemimpin, dimanapun. Akan menjadi pemimpn yang adil dan bijaksana. Tidak seperti kebanyakan pemimpin saat ini.
Tentang kondisi di Ngawi yang memprihatinkan, tentu karena kita dipimpin oleh orang yang tidak baik dan benar. Siapakah yang memilih pemimpin seperti itu? Kita sendiri kan. Rakyat Ngawi seluruhnya. Kalo pilihannya tidak benar, berarti mayoritas dari kita juga masih belum baik dan benar. Karena Pemimpin hanya akan sebaik rakyatnya.
“Lantas bagaimana?”
Mari kita mulai dari diri kita sendiri. Kita harus semangat bekerja untuk mencapai kualitas emas. Memilih pemimpin yang baik dan benar saat Pemilu. Senantiasa saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran, minimal pada keluarga dan orang-orang terdekat. Serta mempersiapkan generasi penerus bangsa dengan pendidikan yang baik dan benar. Disinilah tugas mulia seorang Guru.
Pengasuh Konsultasi Psikologi :
Budiarna Nur Rochmad, SPsi
Sarjana Psikologi Universitas Airlangga
Konsultan Publik Pemerintahan
Konsultan Psikologi Anak – Surabaya
[quote]
Mau Konsultasi Gratis??? Silakan kirim uneg – unegmu ke [email protected] dengan subject : KONSULTASI dan temukan sharing dari pakarnya nya disini..
[/quote]