Pameran Benda Pusaka Ngawi. Foto-ALfa
NGAWI – Dilaksanakan selama 2 hari, 30-31 Agustus 2017 di Gedung Eka Kapti oleh Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga bersama Paguyuban Pusaka Mukti Sejati Ngawi. Pameran Benda Pusaka Ngawi mempertunjukkan berbagai keragaman pusaka.
Lebih dari 500 pengunjung dari masyarakat Ngawi, pelajar, dan guru SMK Kesehatan Bakti Indonesia Medika, SMK Kesehatan Rahani Husada, pelajar-pelajar SMP dan SMA, seniman, budayawan, komunitas pemuda. Juga dikunjungi oleh penggiat dan komunitas pecinta benda-benda pusaka dari kota Madiun, Ponorogo, Magetan sekaligus sambil sharing dan konsultasi tentang pusaka tradisional nusantara.
Menurut Abdul Ghofar, ketua panitia, ada 400 lebih senjata keris, tombak, pedang serta aneka pusaka senjata tradisional dari jaman sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan nusantara hingga setelah kemerdekaan yang dipamerkan.
Dibuka oleh Miftakhul Huda selaku Ketua Paguyuban Pusaka Mukti Sejati Ngawi pada Rabu, 30 Agustus 2017 tujuan kegiatan ini untuk nguri-uri benda pusaka peninggalan para leluhur, biar kita anak cucu kita tahu bahwa di Ngawi masih banyak benda pusaka jaman dulu yang berhasil diselamatkan dan perlu di jaga dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Karena kini banyak benda pusaka peninggalan zaman kerajaan yang jatuh ke tangan pihak asing dan diperjualbelikan dengan nilai jual yang menggiurkan. Sebuah keris konon bisa laku milyaran. Semakin langka dan semakin tua sebuah keris, maka semakin tinggi nilai maharnya.
Beragam kategori keris mulai dapur, pamor dan tangguh dengan nama yang beragam pula. Semacam pakem per-keris-an. Seperti contoh sebuah keris dengan dapur : brodjol, pamor : wengkon, tangguh : demak. Ada pula keris nogo sosro sabuk inten dengan ukuran jumbo yang berat sepanjang 1 depa.
Menurut pakar benda pusaka, pada prinsipnya sebuah keris adalah sebuah senjata tajam untuk berperang melawan musuh dan melindungi diri dari serangan pada zaman dahulu kala. Sudah itu saja. Namun seiring perkembangan zaman, kini keris menjadi barang antik, penuh dengan nilai-nilai sejarah. Apalagi kalau sudah dibumbui dengan mitos dan sugesti kebatinan, benda sederhana yang dibuat oleh seorang empu ini seringkali menjadi barang dengan estetika yang mistis.(kn/alfa)