NGAWI — Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 2020 diselenggarakan secara daring (online). Keputusan tersebut dalam rangka mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
“Kita tidak ingin mahasiswa UGM menularkan Covid-19 kepada masyarakat di lokasi KKN. Demikian pula sebaliknya,” jelas Kepala Subdirektorat Kuliah Kerja Nyata, Dr. Ir. Ambar Kusumandari, M.E.S. saat memberikan pembekalan kepada Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) beberapa waktu yang lalu.
Hal ini sejalan pula dengan Surat Edaran Mendikbud RI Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran COVID-19 dan SE Rektor UGM Nomor 1606/UN1.P/HKL/TR/2020 mengenai Tanggap Darurat COVID-19 di lingkungan UGM.
Di antara ribuan mahasiswa KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2020, terdapat 25 mahasiswa yang akan menyelenggarakan KKN di Desa Jaten dan Desa Brubuh, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, mulai 29 Juni hingga 18 Agustus 2020.
Mereka mengangkat tema “Pemberdayaan dan Penguatan Kapasitas Masyarakat pada Masa Pandemi Covid-19 guna Mendukung Eco-Tourism serta Pemanfaatan Sumber Daya Alam di Kecamatan Jogorogo, Ngawi” dengan DPL Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D. (Fakultas Kehutanan) dan Koordinator Wilayah Dr. Moh. Masrukhi, M.Hum. (Fakultas Ilmu Budaya).
Walaupun dilaksanakan secara daring, pemerintah kabupaten (pemkab) Ngawi menyambut gembira rencana KKN kali ini. Bahkan bersedia untuk mengusahakan pembicara webinar dan fasilitasi dari beberapa dinas terkait, seperti Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perdagangan Perindustrian dan Tenaga Kerja, dan Dinas Kesehatan.
Kepada redaksi KampoengNgawi, pihak UGM bersama pemkab Ngawi juga telah melakukan koordinasi secara online menggunakan aplikasi Webex untuk menyempurnakan usulan program kerja KKN-PPM tersebut.
Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Perencana, Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan (Bappelitbang) Daerah Kabupaten Ngawi, Sargian Januardy, S.H., M.M. menekankan pentingnya pelibatan generasi muda yang sudah familiar dengan IT dan mengingatkan keberadaan blank spot di lokasi KKN.
“Pembuatan master plan dan pembaharuan website desa, serta pengusahaan tanaman telang (Convolvulus pluricaulis) sangat menarik. Masyarakat perlu diberdayakan kemampuan IT-nya untuk memasarkan wilayahnya. Apalagi saat ini Agro Techno Park (ATP) Ngawi telah selesai sehingga mohon dapat disinergikan,” harap Sargian Januardy yang biasa disapa Pak Yanu.
Harapan ini akan diwujudkan dalam pelaksanaan KKN-PPM UGM melalui kewajiban 288 Jam Kerja Efektif Mahasiswa (JKEM) bagi setiap peserta KKN. Namun demikian, mengingat baru pertama kali diadakan secara daring, besar kemungkinan KKN kali ini memerlukan banyak adaptasi dan masih belum bisa dikatakan sempurna.
Atus berpesan kepada ke-25 mahasiswa yang dipimpin oleh Zulfa Parulian (Kormanit KKN) dan dibantu oleh 4 koordinator sub-unit di tingkat desa, Erric Maulana I, Haryo Bayu W, Abdurrahman, dan Hilal, agar mampu menjalin komunikasi secara daring dengan para tokoh di lokasi KKN sebaik mungkin.
“Keberhasilan KKN-PPM UGM dalam memelopori Desa Wisata Hijau Girikerto (DeWiGiri) di Kecamatan Sine perlu ditiru dan dikembangkan lebih baik lagi di Kecamatan Jogorogo. Salah satu kuncinya adalah merangkul semua pihak dan menemukenali penggerak-penggerak di tingkat lokal, imbuh Atus.
Lebih lanjut ia optimis bahwa dengan proses tersebut, wilayah Kendal-Sine-Ngrambe-Jogorogo (KENEBEJO) yang memeluk lereng utara Gunung Lawu akan semakin lestari keanekaragaman hayatinya dan semakin sejahtera masyarakatnya. (*/cse)