SINE, NGAWI — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi akan segera melanjutkan pengembangan Desa Wisata Girikerto (DewiGiri) yang telah diinisiasi oleh tim Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM).
Hal tersebut terungkap pada saat upacara penarikan mahasiswa KKN PPM UGM di Balai Desa Girikerto, Kecamatan Sine, (09/02/2019). Kesediaan dari Pemkab Ngawi disampaikan pula sewaktu penyelenggaraan Festival Budaya DewiGiri di mata air dan taman bunga Sumber Koso (03/02/2019).
Pada kesempatan sebelumnya, hasil-hasil program KKN PPM UGM diserahkan kepada Pemkab Ngawi oleh Dr. Noorhadi Rahardjo, M.Si., P.M. selaku Koordinator Wilayah KKN PPM Jawa Timur-Jawa Tengah, Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat UGM.
“Desa Girikerto mempunyai pemandangan alam luar biasa. Terima kasih kepada kolega kami, Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., dan mahasiswa KKN PPM UGM yang sudah mengembangkannya menjadi desa wisata,” kata Noorhadi.
Pada tahun terakhir ini, lanjut Noorhadi, akan menyerahkan semua capaian KKN PPM UGM kepada Pemkab Ngawi. Untuk selanjutnya dapat dilanjutkan pengembangannya oleh Pemkab Ngawi.
Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga (Disparpora) Ngawi, Totok Sugiharto, S.E., M.M. dalam keterangannya juga berjanji untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Girikerto dan pengelola homestay, serta akan memberikan dukungan fasilitas lainnya.
Menurut Totok, Disparpora memiliki pos anggaran guna penyelenggaraan pelatihan yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan desa wisata. Apalagi saat ini, selain kebutuhan sandang, pangan, dan papan, masyarakat Ngawi membutuhkan lebih banyak destinasi wisata. Tidak hanya di Ngawi bagian Selatan, namun juga di bagian Utara.
“Kunjungan wisata di Ngawi mulai bergeser ke utara mulai Paron hingga kebun teh Jamus. Saat ini Srambang Park merupakan penyumbang wisatawan terbesar. Jalannya mulai macet dengan antrian kendaraan cukup panjang. Daerah-daerah di sekitarnya perlu menyiapkan diri menerima luberan wisatawan tersebut, termasuk Desa Wisata Girikerto,” ungkap Totok.
Pandangan dan wacana pengembangan dari Disparpora ini juga disaksikan oleh Sargian Januardi, S.H., Kepala Bidang Penelitian Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbang) Ngawi. Keduanya juga menyampaikan apresiasi atas terbentuknya DewiGiri yang telah lama dirintis oleh UGM dan berharap DewiGiri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Girikerto.
Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Desa Girikerto, H. Slamet, saat melepas kepulangan mahasiswa KKN PPM UGM merasa bangga bahwa Desa Girikerto beberapa kali dipilih sebagai tempat KKN PPM UGM. Slamet mengucapkan terima kasih dan akan melanjutkan kegiatan KKN PPM UGM.
“Saya bersama semua perangkat desa dan warga masyarakat akan menindaklanjuti kegiatan KKN PPM UGM, seperti pembentukan desa wisata, homestay dan pembuatan air minum desa,” janji Slamet dengan berbagai kendala yang masih dihadapi.
Slamet pun berterus terang bahwa masalah utama yang mereka hadapi saat ini adalah terkait dengan dana. Selain itu, masyarakat di desa ini belum begitu berpendidikan juga menjadi faktor yang cukup menjadi penghambat pengembangan yang ada.
Pengembangan DewiGiri Inisiasi KKN PPM UGM Dilanjutkan Pemkab Ngawi. Sebagaimana diketahui bahwa DewiGiri dirintis sejak tahun 2014 melalui 6 periode KKN PPM UGM. Sebenarnya alasan utama KKN PPM UGM di Desa Girikerto terkait erat dengan penyelamatan ekosistem hutan di lereng utara Gunung Lawu.
“Inisiasi Desa Wisata Girikerto (DewiGiri) sesungguhnya demi pelestarian hutan pegunungan di lereng utara Gunung Lawu,” jelas Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., Dosen Pembimbing Lapangan sekaligus inisiator DewiGiri.
Menurut Atus, pelestarian ekosistem hutan sangatlah penting. Tidak hanya bagi Desa Girikerto, namun juga bagi desa-desa di bawahnya, bahkan hingga Kota Ngawi.
“Hal ini termasuk flora dan fauna asli Gunung Lawu, air yang melimpah ruah, lanskap khas pegunungan, serta udara yang sejuk dan segar,” tambah Atus yang juga mengajar di Fakultas Kehutanan UGM.
Beberapa strategi untuk melestarikan hutan pegunungan di lereng utara Gunung Lawu sudah diinisiasi melalui kegiatan penelitian dan pengabdian bersama mahasiswa UGM. Demikian pula, publikasi koran, media sosial, website, dan jurnal terus diupayakan agar masyarakat, Pemkab Ngawi dan akademisi lebih mengetahui dan mendukungnya.
Pada tahun 2017, DewiGiri diresmikan oleh Bupati Ngawi berkat dana dan dukungan dari PT Candi Loka serta berbekal kekayaan sumber daya alam khas lereng Gunung Lawu. KKN PPM UGM kemudian berhasil menghidupkan kembali kesenian asli setempat melalui penyelenggaraan Festival DewiGiri (atraksi budaya), menemukan makanan khas (kuliner), serta menginisiasi 8 homestay dan industri rumah tangga air minum dalam kemasan.
Diharapkan masyarakat setempat tidak terlalu menggantungkan diri terhadap hutan Gunung Lawu. Uang tunai masih dapat diperoleh, namun bukan dengan merusak hutan, melainkan mengelola DewiGiri hingga semakin lebih baik. Dengan demikian, hutan senantiasa lestari dan masyarakat pun semakin sejahtera.(*/cse)