PARON — Prosesi adat Ganti Langse atau mengganti kelambu Palenggahan Agung Srigati di alas Ketonggo merupakan salah satu budaya Ngawi yang sampai saat ini masih terjaga.
Termasuk dalam agenda tahunan, diselenggarakan pada bulan Muharam tepatnya tanggal 15 Muharam yang jatuh pada senin, 24 September 2018, prosesi adat Ganti Langse ini dimulai dengan kirab Langse yang dihadiri oleh Bupati Ngawi beserta jajarannya dengan menaiki kereta.
Prosesi Adat Ganti Langse Alas Ketonggo Masih Terjaga Ritualnya. Langse atau kain mori sepanjang 15 meter yang difungsikan sebagai kelambu ini diganti setiap tanggal 15 Suro. Menurut penuturan Mbah Suyitno atau akrab dipanggil Mbah No selaku juru kunci, Langse merupakan simbol kehidupan manusia, harus terus berganti tiap tahunnya, ada perubahan dan perkembangan.
“Acara ini bertujuan untuk menyenangkan masyarakat, berkumpul bersama menyaksikan prosesi adat, makan dan berdoa bersama,” tuturnya.
Prosesi Ganti Langse juga diiringi oleh 9 penari Bedoyo Srigati, tarian ini merupakan satu dari 4 tarian khas yang ada di Ngawi. Tari bedoyo Srigati hanya ditampilkan saat prosesi adat Ganti Langse dan kesemua penarinya harus masih gadis, agar tercipta tari yang indah dan sakral.
Dilanjutkan dengan bancaan atau selamatan, mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala nikmat yang telah diberikan. Semua yang hadir guyup rukun makan bersama, tanpa membedakan dari jajaran dinas atau masyarakat biasa.
Dari pantauan redaksi KampoengNgawi, ada pula pengunjung yang datang dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Sengaja datang ke Ngawi untuk menyaksikan budaya sakral Ganti Langse ini.
“Saya dan keluarga sudah 4 hari di sini, sengaja datang untuk menyaksikan prosesi adat ganti Langse, acara ini bagus dan harus terus dilestarikan,” tutur Nurhayati asal Pangkalan Bun.
Menurutnya, bisa menyaksikan budaya adat Ganti Langse adalah suatu kepuasan tersendiri. Begitupun bagi Suwarno asal Padas yang selalu datang ke Srigati tiap ada prosesi adat Ganti Langse.
“Saya sudah 7 kali mengikuti prosesi adat ini, sebagai wujud ikut melestarikan budaya Ngawi,” ungkapnya saat ditemui redaksi usai selamatan dan makan bersama.
Doa bersama di area petilasan atau Palenggahan Agung Srigati dipimpin langsung oleh salah satu pemangku adat setempat, kemudian diujung acara, juru kunci menyobek Langse yang lama menjadi sobekan kecil untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat yang hadir saat itu.
Prosesi Adat Ganti Langse Alas Ketonggo Masih Terjaga Ritualnya. Budaya adat Ngawi berupa Ganti Langse ini memang sudah sepatutnya dijaga dan dilestarikan. Rangkaian prosesi adat Ganti Langse ditutup dengan pagelaran wayang kulit. (fri/cse)