Berawal dari tiga orang tokoh (Bapak Drs. Harno, Bapak H. Sugito, dan Bapak H. Mukiyi) yang sempat menghadiri Muktamar Muhammadiyah ke-43 di Banda Aceh pada tahun 1995, beliau bertiga sempat bertemu dengan Bapak Prof. Dr. H. Amien Rais pada saat itu menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah – sesuai dengan bunyi rancangan keputusan Muktamar, bahwa setiap pimpinan cabang, pimpinan daerah, pimpinan wilayah harus memiliki amal usaha unggulan, maka diusulkanlah oleh ketiga tokoh itu kepada Pak Amien Rais bahwa Pimpinan Cabang Muhammadiyah akan membuat amal usaha unggulan berupa Sekolah Dasar Muhammadiyah Ngawi.
Melalui beberapa kali rapat yang cukup alot, maka pada tahun 1996 didirikanlah SD Muhammadiyah Ngawi dengan modal sembilan orang siswa yang dicarinya secara door to door. Tidak sedikit pengorbanan dari ketiga tokoh tersebut. Bapak Sugito berusaha dalam bidang pengadaan gedungnya, Bapak Harno dalam bidang kurikulum dan pelaku-pelaku pendidikannya, Bapak Mukiyi dalam bidang sarana dan prasarana lainnya.
Ditunjuk pertama kali sebagai kepala sekolah Drs. Salimoel Amien, guru SMA Negeri 2 Ngawi. Guru pertama Sumirah Sri Hardini (lulusan dari D2 PGSD IKIP Bandung) dan Yuyun Setyowati (lulusan D2 PGSD IKIP Surabaya). Menempati ruang belakang perpustakaan SMA Muhammadiyah 1 Ngawi yang berukuran 4 x 7 m2, dari bangku dan kursi siswa dari TK Aisyiyah 2 guru-guru itu mengajar.
Tahun kedua jumlah siswa pendaftar menjadi 14, tahun ketiga menjadi 16 hingga akhirnya seperti sekarang ini. Untuk membangun gedung SD Muhammadiyah utamanya pada saat pengecoran lantai atas maka dilibatkan seluruh warga Muhammadiyah Cabang Ngawi. Mulai dari para anggota dan aktifis, guru dan karyawan sekolah-sekolah Muhammadiyah (SMA dan SMK), murid-murid sekolah Muhammadiyah, orang tua murid SD Muhammadiyah secara bergiliran dan terjadwal membantu mengecor lantai atas. Begitulah akhirnya berdiri gedung seperti yang ada sekarang.
|Portal SD Muhammadiyah 1 Ngawi