NGAWI — Dampak paling awal yang dirasakan dalam masa pandemi COVID-19 adalah kegiatan belajar mengajar, baik dari tingkat usia dini hingga perguruan tinggi, semua Belajar Dari Rumah.
Sebuah tantangan tersendiri bagi para guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di semua wilayah di negeri ini untuk tetap melakukan pembelajaran melalui media daring atau online dengan penuh keterbatasan.
Termasuk Yeni Widyastuti, salah seorang Guru PAUD dari lembaga Pelita Bangsa Kwadungan, kabupaten Ngawi. Di tengah pandemi, ia bersama sejawatnya tetap semangat dalam memberikan pembelajaran kepada para siswanya.
Ia mengaku berusaha melakukan PAUD from Home, salah satunya dengan memberikan tugas-tugas melalui group pesan Whatsapp yang menjadi salah satu media andalan saat ini dengan berbagai keterbatasan yang ada.
“Kami memberikan tugas melalui group WA, wali murid yang mendokumentasikan dalam bentuk foto dan video untuk disampaikan kembali kepada guru,” ujarnya dalam sebuah Seminar Online yang digelar Himpaudi Jawa Timur, Rabu (10/06/2020).
Yeni diberikan kesempatan untuk berbagi kisah dalam sesi Suara Guru, Webinar Himpaudi Jawa Timur yang bertajuk Seminar Advokasi Daring bertema Merajut Asa Guru PAUD, Kondisi Nyata dan Tantangan Memasuki Era New Normal saat Pandemi COVID-19.
Dalam agenda yang diikuti 800 lebih peserta dari seluruh Jawa Timur ini, Yeni mewakili kabupaten Ngawi menyampaikan sedikit cerita dan usahanya dalam menyampaikan pembelajaran saat pandemi COVID-19 di lembaganya.
“Pemberian tugas tetap mempertimbangkan situasi saat ini, tidak memberatkan, dan tidak membuat stres anak, wali murid juga kita pesan agar tetap menjaga anak agar kondisi menyenangkan,” ujarnya.
Kendala yang ia alami dalam penyampaikan PAUD from Home ini di antaranya adalah sinyal yang tidak stabil atau jaringan yang kurang bagus karena semua komunikasi antara guru dengan murid hanya bisa melalui daring.
“Ada juga yang satu rumah hanya punya satu HP, sehingga harus saling bergantian dengan anggota keluarga lainnya, misalnya dengan kakaknya yang juga mengerjakan tugas dari sekolah,” terangnya.
Lebih lanjut Yeni menyampaikan bahwa kadang wali murid harus meminta izin untuk tidak mengirimkan tugas di hari yang sama karena harus bergantian HP tersebut. Namun demikian, wali murid yang mayoritas petani sangat antusias dalam melaksanakan PAUD from Home.
Sebagai pengajar PAUD non formal, Yeni memang belum diakui statusnya sebagai guru menurut Undang-Undang, namun ia masih tetap bersyukur daan bersemangat melakukan kewajiban-kewajibannya dengan semaksimal mungkin.
“Meskipun belum diakui pemerintah, tapi di hati siswa, kami sudah menjadi guru yang sebenarnya,” terangnya dengan penuh semangat.
Di masa pandemi COVID-19, Yeni menyampaikan pula bahwa guru PAUD merupakan garda terdepan dalam dunia pendidikan anak, dan ia yakin bahwa Alloh tidak akan membiarkan perjuangannya sia-sia.
Selain pembelajaran melalui daring, Yeni juga melakukan pengecekan kesehatan siswanya dengan berkunjung ke rumah-rumah siswa, atau memantau melalui laporan orang tua.
Dalam kesempatan di hadapan ratusan peserta seminar online, Yeni bercerita bahwa ternyata untuk bertahan hidup, ia bersama para guru PAUD lainnya juga sambil menjual apa saja agar ada pemasukan sehari-hari.
“Kami menjual sembarang kalir (apa saja), ada pakaian, makanan, perabotan rumah tangga, obat herbal, dan lain-lain,” imbuh Yeni.
Diketahui dalam seminar online tersebut, Pengurus Wilayah Himpaudi Jawa Timur menghadirkan beberapa narasumber seperti anggota Komisi X DPR RI Dra. Hj. Lathifah Shohib, Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Timur Hj. Nurfitriana S.E.,M.M., juga anggota DPRD Kota Malang Drs. Suyadi, M.M.
(cse)