Kondisi ini mungkin adanya hanya di Ngawi. Saat musim penghujan, ribuan warga Ngawi di wilayah kota dan timur justru merasakan seperti di gurun. Ini lantaran mereka kesulitan mendapatkan pasokan air bersih. Penyebabnya, aliran air PDAM Ngawi ke 5.000 pelanggan macet total sejak 1 Maret lalu.
Melansir dari RadarMadiun, para pelanggan terpaksa membeli air minum isi ulang untuk sekadar mencukupi kebutuhan memasak, mandi dan mencuci pakaian. PDAM kemarin juga melakukan dropping air ke pemukiman. Sebaran wilayah yang krisis air di antaranya Desa Karangasri, Karangtengah Prandon dan Ngawi (Ngawi Purba). ‘’Warga disini tidak ada yang tahu kenapa kok air PDAM mati, macetnya mulai Minggu (1/3) sehabis maghrib mau wudlu tidak bisa,’’ kata Bu Totok, salah seorang pelanggan PDAM di Perumahan Griya Karangasri Kecamatan Ngawi, kemarin (3/3).
Dia menambahkan warga yang tinggal di perumahan tersebut kelimpungan akibat air PDAM mampet. Dijelaskan sebagian besar warga di enam RT yang tinggal di kawasan perumahan itu tidak memiliki sumur pompa di rumah masing-masing. Mereka pun terpaksa membeli air minum isi ulang kemasan galon seharga Rp 4.000 hingga Rp 17.000. ‘’Selain untuk minum, air isi ulang juga untuk mandi, masak, dan mencuci,’’ ujarnya sembari menyebut sekitar 300 KK lebih tinggal di perumahan tersebut.
Warga, kata dia, mengaku kecewa atas pelayanan PDAM itu. Pasalnya matinya air tidak dibarengi pemberitahuan dari pihak terkait. Dijelaskan saat air mati biasanya perusahaan milik pemkab itu memberitahu pelanggan via pesan singkat (SMS). Selain itu, kekecewaan pelanggan juga disebabkan lambannya pihak PDAM melakukan dropping air bersih ke kawasan tersebut. ‘’Tadi (kemarin, Red) malam baru ada tangki yang kesini,’’ imbuhnya.
Setali tiga uang, Rifai, salah seorang pelanggan PDAM di Desa Karangtengah Prandon mengaku kecewa soal matinya air itu. Pasalnya, dia tidak pernah telat membayar tagihan air di PDAM. Dia pun meminta dilakukan pembenahan agar masalah serupa tidak terulang. ‘’Seharusnya dilayani dengan benar. Kalau seperti ini caranya kami yang dirugikan. Apalagi kami tidak punya sumur pompa. Jadi sangat kesulitan,’’ kesalnya.
Kepala Tata Usaha (TU) PDAM Kabupaten Ngawi Herlina Sulityorini menjelaskan matinya aliran air pelanggan itu akibat rusaknya pompa submersible (pompa benam) di sumur PDAM Nglarangan. Dijelaskan, kerusakan tersebut disinyalir terjadi akibat matinya aliran listrik PLN pada hari Minggu (1/3). ‘’Selama ini kita selalu menggunakan listrik PLN untuk menghidupkan pompa. Jadi kalau mati otomatis tidak ada tenaga untuk mendorong pompa itu,’’ paparnya.
Dijelaskan, hingga siang kemarin pompa tersebut belum berhasil diperbaiki. Pihaknya mengaku masih menunggu ahli dari Jogjakarta yang biasa memperbaiki kerusakan akibat listrik mati tersebut. ‘’Tapi kami sudah berupaya mencukupi kebutuhan air pelanggan dengan dropping tangki air ke rumah-rumah pelanggan,’’ kilahnya.
Pihaknya bakal mengirim surat ke PLN. Sebab, PDAM sangat dirugikan ketika terjadi pemadaman listrik. Bahkan, pengalaman sebelumnya, biaya perbaikan pompa berkapasitas 30 liter per detik itu bisa tembus ratusan juta akibat listrik mati. ‘’Belum lagi kami harus meladeni komplain pelanggan. Jadi sangat dirugikan,’’ paparnya.