NGAWI — Di masa pandemi COVID-19, mencuci tangan pakai sabun dengan benar sangatlah dianjurkan yang merupakan salah satu perlindungan dasar dari pencegahan tertular virus corona sesuai arahan dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Menurut WHO, mencuci tangan dengan sabun yang tepat dan bisa optimal memerlukan waktu selama 20 sampai dengan 30 detik, tentunya dengan langkah-langkah yang tepat.
Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir dinilai lebih efektif untuk pencegahan penularan virus, karena lemak dan kotoran yang menempel akan ikut terlepas saat tangan digosok. Di dalam lemak dan kotoran inilah terdapat berbagai kuman.
Menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar harus tetap dilakukan, terlepas dari memiliki gejala infeksi COVID-19 maupun tidak. Karena dengan mencuci tangan, setiap orang bisa melindungi diri sendiri dari penyakit dan mencegah penularan penyakit ke sekitarnya.
Kita tahu bahwa tangan bisa menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik kontak secara langsung maupun tidak langsung.
Ada tantangan tersendiri dalam menguatkan kampanye mencuci tangan pakai sabun. Tidak semua masyarakat dapat melakukan anjuran cuci tangan karena keterbatasan fisik dan ekonomi, terutama keterbatasan fasilitas air bersih.
Terlebih pada masyarakat yang masih menggunakan sumur timba dan sanyo. Sejak menjamurnya sumur sibel yang menyedot lebih kuat, akibatnya warga yang masih menggunakan sumur timba dan sanyo menjadi sulit mendapat air bersih.
Ketersediaan air bersih dari sumur timba maupun sanyo hanya cukup untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, minum, mencuci dan sebagainya. Dan terasa berat memprioritaskan air bersih yang mengalir untuk cuci tangan pakai sabun.
Hal ini menjadikan Dewi Mayasari, mahasiswa Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang membuat program dalam Kuliah Kerja Nyata Dari Rumah dengan gencar mengkampanyekan cuci tangan pakai sabun dan membuat pojok cuci tangan.
Dewi membuat Pojok Cuci Tangan di pos kamling lengkap dengan tata cara mencuci tangan yang benar agar masyarakat mudah melakukannya dan bisa memanfaatkan fasilitas tersebut dengan baik.
“Program Pojok Cuci Tangan ini turut melibatkan masyarakat agar dapat dikelola bersama-sama oleh warga, misalnya untuk memastikan ketersediaan air di ember dan sabun,” terang Dewi kepada redaksi.
Lebih lanjut Dewi menegaskan bahwa Dengan adanya kesadaran lebih dari berbagai pihak, ia berharap akan tercipta masyarakat yang sehat, terlindung dari berbagai penyakit, dan tentunya sejahtera.
Menurut dewi, program menghadirkan pojok cuci tangan tersebut merupakan bagian dari kampanye tentang gerakan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan pakai sabun, Menjaga jarak) yang gencar didengungkan dan tertempel di tempat-tempat umum. (*/kn)