Sulthon Paripurna *
Oleh Erna Dwi Susanti
[quote]
“Selalu ada yang menunggu untuk menggantikan dan membangun kembali” _Marie Chauvel_
[/quote]
Konsep keidealan memanglah selalu dibanggakan, diperjuangkan oleh mereka yang membawa bendera direct of chande, agent of change, iron stock, moral force and social control. Oke, simpel saja kita mereka dengan nama ‘pemuda’. Yang berkoar dengan suka mengkritisi, yang lantang untuk mengadili yang tanpa gamang koordinasi untuk demonstrasi. Itu semua hanya sebagai media mereka untuk bersuara, mengadili dan menyambung aspirasi. Karena pundak masih menyuarakan suara jernih, inilah tanggungjawab mereka selaku pemuda.
Jika dikatakan dalam hal pemimpin, kita harus selalu menghargai seorang pemimpin. Bukan berarti hormat sekedar hormat. Tetapi letakkan harkat seorang pemimpin pada tempatnya. Maka dari kami yang mengatasnamakan pemuda, menitipkan pundak kepercayaan atas amanah dan harapan kepada para pemimpin kami, sebagai wujud penghormatan sebagai upaya meletakkan harkat pemimpin pada tempatnya.
Pesan cinta untuk penguasa,
“Pahami masyarakatmu maka akan lancar dan lincah titahmu”. Satu paradigma tawaran dari ranah gerak kesosialan semoga menjadi semilir angin yang diperhitungkan di tengah hausnya kepercayaan masyarakat pada arti pemerintahan. Sebagaimana hukum besi masih berlaku, kekuasaan akan terjalankan jika pemerintah menjadikan rakyat sebagai rakyatnya dan rakyat menjadikan pemerintah sebagai pemerintahannya. Bersama cinta kami berpesan, dengan cinta kami titipkan.
[title style=”4″]Pentingnya Memahami Masyarakat,[/title]
Jika hendak mengambil hati, maka cobalah melakukan tindakan yang penuh simpati-empati. Hakikat pemahaman atas masyarakat masih sama, di mana masyarakat tidak hanya dimiliki oleh satu orang atau satu kelompok saja. Juga tidak dimiliki oleh pemerintah setempat atau unit pembangunan lainnya, namun masyarakat dimiliki oleh setiap orang yang hidup di dalamnya. Dari hakikat di awal, maka bisa disatukan kesimpulan; pembersamaan dengan rakyat tidak hanya melakukan pendekatan pada tokoh, tapi bagaimana bisa menjaring hati masyarakat secara keseluruhan. Dan fase inipun tak sempurna jika hanya diselesaikan dalam kurun masa awal pemerintahan. Berkesinambungan dan memang tak cerdas kalau hanya rekayasa penglihatan. Semua harus dari awal mulai gencar diprogramkan hingga akhir kepemimpinan.
Selaras dengan misi kinerja dan pengelolaan masyarakat nantinya, di sini sudah ada bekal kemasyarakatan yang memang sudah dimiliki. Masyarakat kita terdiri dari orang-orang yang saling menyayangi dan bergaul satu sama lain. Mereka berbagi sumber daya untuk hidup keseharian. Selalu berbagi keuntungan dari kegiatan pengembangan masyarakat. Jika kecerdasan pemanfaatan peluang dimiliki oleh para kandidat, maka ini akan menjadi entry point tersendiri yang tinggal memberikan sedikit polesan untuk mengibarkannya dalam pemberdayaan kemasyarakatan (pemberdayaan rakyatnya). Sedangkan dalam konteks pemberdayaan perdesaan dalam skala komunitas (community) akan sangat berharga jika pengembangan dilakukan dengan melibatkan segenap tradisi budaya maupun aset komunitas yang dimiliki dalam komunitas tersebut.
[title style=”4″]Menggunakan Pendekatan Holistik,[/title]
Pendekatan kepada masyarakat pun setidaknya juga harus totalitas. Holistik dalam bahasa ilmiahnya menyajikan kunci bahwa “Apa yang terjadi jika dalam kehidupan masyarakat tidak terjalin kerjasama satu sama lain antara anggota masyarakat, apa yang terjadi jika dalam suatu masyarakat tidak terjalin hubungan erat antara anggota-anggotanya serta apa yang terjadi jika dalam masyarakat tanpa hubungan erat dan tanpa kerjasama akan mengalami kemunduran secara bertahap dan akhirnya mengalami kekacauan?”. Dari sini, lagi-lagi dibutuhkan pemimpin yang memang sudah memiliki kelihaian dalam memainkan jabatan pemerintahan akan dengan gampang kembali mengakui betapa besar dan kuatnya pendekatan ini untuk dimaksimalkan.
[title style=”4″]Kekuatan Dalam Masyarakat,[/title]
Selaku seorang pemimpin, akan dianggap berhasil oleh masyarakat (rakyat) yang dipimpinnya manakala ia berhasil memberdayakan masyarakat yang dipimpinnya. Sebagaimana Jim Ife yang mengutarakan definisi pemberdayaan bukanlah saat masyarakat mampu hidup dengan belas kasihan dan pemberian fasilitas dari sistem yang menindas, namun saat mereka bisa hidup atas segala kebutuhan dari kemampuan untuk menentang sistem yang semena-mena.
Setidaknya, di dalam pemberdayaan akan bisa maksimal saat memberangkatkan segala kekuatan-kekuatan yang ada di masyarakat itu sendiri. Setelah kekuatan diketemukan, ajarkan masyarakat untuk berjalan dan biarkan ia berkelana dengan bekal kekuatan yang dimiliki.
Di mana maksud dari kekuatan sendiri berarti usaha keras yang dihasilkan dari kombinasi kemampuan-kemampuan. Termasuk kemampuan berpikir dan bertindak bijaksana. Siapapun di rakyat yang menginginkan kesejahteraan di masyarakat. Tapi bagaimana mewujudkannya, anggota masyarakat itu sendiri yang bisa menjawabnya. Tak seorangpun tahu lebih baik mengenai suatu masyarakat selain anggota masyarakat itu sendiri. Tak seorangpun bisa memberi kekuatan pada suatu masyarakat, kecuali anggota masyarakat melalui persatuan antar warga. Dan kekuatan ini akan tetap abadi selama persatuan masyarkat tetap ada.
Serta acuan terakhirnya; pemimpin-pemimpin dalam masyarakat harus mengerti bahwa warganya memiliki martabat dan wibawa, mereka juga memiliki kemampuan untuk membantu pengembangan masyarakat. pemimpin masyarakat tidak dapat bekerja tanpa bekerjasama dengan anggota masyarakat. pengerahan kekuatan masyarakat untuk pembangunan mendorong bekerjasama dan tolong menolong antar warga masyarakat.
Jika memimpikan menjadi pendekar bagi Ngawi, sebenarnya itulah yang dirindu dari masyarakat. Saat mereka diberdayakan, saat mereka diakui akan keberadaan dan martabat serta kewibawaannya. Dan tentulah saat janji kampanye tidak hanya sekedar manis diucapkan tapi segar dirasakan. Tentulah butuh kerjasama dalam pengembangan masyarakat, harus mampu menggambarkan keseluruhan permasalahan mereka, mampu mengerahkan kekuatan yang ada di dalamnya dan janganlah pernah lupa; pendekar Ngawi adalah mereka yang mampu memandang rakyatnya dari seluruh aspek.
Dalam edisi pungkasan; jadikan juga wacana, apa yang terjadi di Ibukota Negara akan menjadi bekal perkembangan anak asuhnya, termasuk ranah daerahnya, terlebih masalah strategi pelaksanaannya.
Kami pemuda yang mencoba cinta pada kota lahir, dari rantauan kami coba mengemas untuk berpikir. Satu kerinduan atas bangkitnya ngawi, satu mimpi atas sejahteranya Ngawi. Jika masih pantas dipertahankan, mari kita berjuang. Ngawi merindu sulthon* paripurna-nya. [telah dipublikasikan dalam buku Mencintai Ngawi dengan Sederhana, 2013]
NB:
*) Sulthon : raja (pelayan umat) = pemimpin
**) Paripurna : terakhir.