Setelah mengikuti proses Pendidikan Guru Penggerak (PGP) modul 1.1 yang dimulai sejak pertengahan Mei 2022 hingga hari ini, saya (penulis) akan menyusun kesimpulan dan refleksi pengetahuan dan pengalaman baru dari pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD).
Kesimpulan
Dalam memahami arti dan tujuan pendidikan, KHD membedakan kata pendidikan dan pengajaran. Pengajaran adalah proses pendidikan berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kodrat yang dimiliki anak agar ia mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik hanya dapat menuntun tumbuh kembang kekuatan kodrat anak, agar dapat memperbaiki lakunya bukan mengubah dasarnya (kodratnya).
KHD juga menyampaikan bahwa pendidikan adalah lahan persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Artinya pendidikan menjadi kunci utama dalam menciptakan peradaban manusia. Pendidikan juga bisa menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan dan diwariskan.
Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, KHD mengibaratkan pendidik sebagai sorang petani dan anak-anak sebagai benih tumbuhan yang ditanam petani. Semisal biji jagung, jika biji jagung disemai pada lahan yang subuh, mendapat cahaya yang baik, perawatan yang baik pula, maka biji jagung yang kurang baik pun akan tumbuh menjadi jagung yang berkualitas.
Sebaliknya, jika benih jagung berkualitas ditanam di lahan yang gersang dan tanpa perawatan yang baik dari petani, maka jagung mungkin akan tetap tumbuh, namun tidak akan optimal. Petani juga harus merawat tanaman-tanaman selayaknya jenis tanaman tersebut. Tidak mungkin petani dapat mengubah biji jagung tumbuh menjadi padi, dan sebaliknya.
Pendidik juga harus memahami bahwa perkembangan kodrat anak juga dipengaruhi kodrat alam dan zaman. Secara kodrat alam, anak yang lahir dan tumbuh di lingkungan pantai akan mengalami kesulitan belajar jika dipaksa belajar dalam konteks pegunungan, dan sebaliknya.
Sedangkan secara kodrat zaman, pendidik dan anak harus berfikir terbuka, menyadari dan menerima perkembangan zaman. Namun yang harus diperhatikan bahwa nilai luhur budaya daerah harus tetap dipegang teguh tanpa terpengaruh perkembangan budaya luar.
Dari berbagai intisari pemikiran KHD yang penulis tuliskan, ada benang merah bahwasanya pendidikan itu berorientasi pada murid, murid, dan murid. Pendidikan itu menghamba pada murid, artinya pendidik mengikuti alur minat dan kebutuhan belajar murid berdasarkan kekuatan kodratnya. Sehingga pendidikan menjadi sebuah proses mengkontruksi pemahaman, bukan sekedar menjejal pengetahuan.
Dan akhirnya anak menjadi insan merdeka belajar, dimana anak akan lebih bahagia dalam belajar, bukan terpaksa belajar. Tumbuh menjadi insan yang utuh, memuliakan diri sendiri dan orang lain (merdeka batin) dan mandiri (merdeka lahir).
Refleksi
Sebelum mengikuti proses belajar modul 1.1 bersama instruktur, fasilitator, pengajar praktik, dan para calon guru penggerak hebat, saya meyakini bahwa:
- Anak adalah kertas kosong dan siap untuk dilukis oleh para guru atau pendidiknya, meskipun kadang penulis melihat ada remang-remang bakat pada anak, tapi saya kurang begitu memperhatikannya.
- Anak adalah sekelompok insan yang siap menerima segala macam pengetahuan yang sama.
- Tidak ada kata lain selain anak harus tunduk patuh pada guru.
- Saya menggunakan satu metode belajar yang sama untuk semua murid di kelas.
Setelah mempelajari modul filosofi pendidikan KHD bersama para guru hebat ini, saya merenung dan menyadari bahwa:
- Anak ternyata bukanlah kertas kosong. Melainkan benih hidup yang siap tumbuh sesuai kodratnya. Saya harusnya menuntun tumbuh kembangnya, bukan memaksanya menjadi seperti yang saya inginkan.
- Setiap anak adalah istimewa. Mereka mempunyai kekuatan kodratnya masing-masing. Kebutuhan belajarnya pun berbeda.
- Kepatuhan mestinya muncul atas dasar kesadaran diri bukan karena ancaman. Saya akan lebih banyak melibatkan anak dalam menciptakan kepatuhan.
- Saya harus menyesuaikan metode belajar sesuai kekuatan kodrat murid-murid.
- Komunikasi dan kolaborasi antar guru, murid, sekolah, orang tua, dan masyarakat harus lebih ditingkatkan. Karena keberhasilan pendidikan bukan hanya tanggung jawab salah satu atau dua pihak saja, namun semua pihak
Penerapan untuk mewujudkan pemikiran KHD di kelas saya adalah:
- Berusaha menjadi teladan yang baik
- Memahami bakat, karakter, dan latar belakang murid melalui komunikasi yang baik dengan murid dan orang tua
- Memfasilitasi murid dalam mengembangkan bakatnya
- Merencanakan pembelajaran yang berpusat pada murid
- Menjadi guru pembelajar sepanjang hayat
_____
Tentang Penulis :
Siyam Supiah, S.Pd.
Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 5 dari Ngawi, Jawa Timur