Lahan di antara hutan jati muda sangat potensial dimanfaatkan untuk menghasilkan pangan. Oleh karena itu, teknologi budidaya kedelai di kawasan hutan jati merupakan hal sangat penting sebagai salah satu upaya memasok produksi kedelai dalam negeri dan meningkatkan penghasilan masyarakat sekitar hutan. Demikian antara lain kesimpulan yang dapat dipetik dari sambutan Kepala Badan Litbang Pertanian maupun Menteri Pertanian yang disampaikan dalam Panen Perdana dan Temu Wicara Teknologi Budidaya Kedelai di Lahan Hutan di Ngawi 9 Januari 2014 lalu.
Selain Menteri Pertanian dan Kepala Badan Litbang Pertanian, acara yang diberi tajuk Panen Perdana dan Temu Wicara Teknologi Budidaya Kedelai di kawasan hutan ini juga dihadiri oleh Bupati Ngawi, Direktur Buakabi (Budidaya Aneka Kacang dan Umbi) Dijentan, Direktur PSDH Perum Perhutani, Kepala Perhutani Unit II Jatim, Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur, dan Kepala Dinas Kehutanan Jatim, serta Kepala Puslitbang Tanaman Pangan beserta para peneliti dari Balitkabi. Acara tanya jawab berlangsung cair karena dipandu oleh Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur, Wibowo Ekoputro, yang sangat komunikatif.
Pak Menteri menyampaikan terima kasihnya kepada para petani pesanggem yang tekun membudidayakan kedelai di lahan hutan. Beliau juga memberikan apresiasi kepada Kementerian kehutanan dan Perum Perhutani yang sejak sepuluh tahun lalu telah merancang program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) dan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan). Apresiasi juga diberikan kepada Badan Litbang Pertanian yang merakit teknologi budidaya kedelai di kawasan hutan. Melalui kerja sama dan kemitraan yang dilandasi dengan rasa saling percaya tersebut, petani mendapat akses terhadap lahan untuk budidaya kedelai sementara perhutani mendapat manfaat berupa tanaman hutan terjaga dan terpelihara dengan baik dan tanah yang lebih subur.
Sebelumnya, Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Haryono, menjelaskan bahwa penanaman kedelai di bawah tanaman jati muda dapat memberikan dampak positif terhadap kesuburan tanah karena selain memberikan seresah berupa daun yang gugur, tanaman kedelai mampu menangkap nitrogen dari udara dengan adanya rhizobium. Beliau juga menambahkan bahwa aspek penting dari budidaya kedelai di lahan hutan ini adalah lebih terjaminnya kebutuhan benih. Untuk komoditas kedelai, jaringan benih antarlapang dan antarmusim yang dikenal dengan “Jabalsim” ini sangat diperlukan karena sifat benih kedelai yang tidak tahan lama disimpan.
Dalam kesempatan tersebut, Badan Litbang Pertanian menyerahkan bantuan benih kepada tiga kabupaten yang melaksanakan budi daya kedelai di kawasan hutan, yakni kabupaten Ngawi, Bojonegoro, dan Blitar. Secara simbolis, Menteri Pertanian menyerahkan 3 ton benih tersebut kepada perwakilan LMDH dari ketiga kabupaten.
| Litbang Deptan