BEKASI — Di balik hiruk-pikuk Kota Bekasi yang terus tumbuh sebagai bagian dari metropolitan Jabodetabek, masih tersimpan ruang-ruang tenang yang membawa kita kembali pada akar budaya. Salah satu penanda warisan tersebut adalah Rumah Adat Kranggan, yang berdiri di kawasan Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna.
Rumah tradisional ini bukan hanya bangunan tua yang dibiarkan waktu, melainkan simbol hidupnya kearifan lokal yang bertahan meskipun di tengah pesatnya modernisasi.
Telah Ditetapkan sebagai Cagar Budaya, Usianya Ratusan Tahun
Beberapa rumah di lingkungan Kasepuhan Kranggan telah berusia lebih dari satu abad. Bangunan-bangunan ini kini telah ditetapkan sebagai cagar budaya, mengingat nilainya yang penting sebagai identitas sejarah dan budaya lokal.
Material alami seperti kayu dan bambu dipilih karena daya tahannya serta kemampuan menyesuaikan dengan iklim tropis. Tak heran jika rumah-rumah ini masih kokoh berdiri dan difungsikan sebagai tempat tinggal hingga sekarang.

Desain Tradisional yang Fungsional dan Harmonis dengan Alam
Rumah Adat Kranggan mengusung bentuk panggung setengah dengan atap limasan model atap khas yang dirancang untuk mengalirkan air hujan dengan baik dan meredam panas. Tak ada penggunaan pendingin buatan, karena sirkulasi udara alami yang terjaga membuat rumah tetap nyaman dihuni.
Secara tata ruang, rumah ini terbagi ke dalam beberapa bagian utama seperti paseban (teras atau pendopo depan), tengah imah (ruang keluarga), dan pawon (dapur). Bukan hanya arsitektur, rumah ini mencerminkan filosofi hidup: terbuka, sederhana, dan menyatu dengan lingkungan sekitar.

Lebih dari Rumah, Ini adalah Ruang Sosial dan Budaya
Salah satu ciri khas dari rumah ini adalah keberadaan paseban yang berfungsi sebagai ruang menerima tamu dan berkumpul bersama tetangga.
Kehadiran ruang ini memperlihatkan semangat keterbukaan dan gotong royong yang masih kuat dalam budaya masyarakat Kranggan. Bahkan hingga kini, rumah adat sering menjadi tempat diselenggarakannya tradisi seperti Babaritan, ritual adat yang menjadi bentuk syukur kepada leluhur.
Menjaga Identitas Lokal di Tengah Perubahan Kota
Meskipun kini tak banyak rumah adat yang tersisa, beberapa keluarga memilih untuk merawat dan mempertahankannya. Mereka sadar bahwa rumah ini bukan hanya warisan keluarga, tapi juga bagian dari identitas lokal Bekasi.
Pelestarian rumah adat pun mulai digerakkan oleh komunitas dan lembaga pemerintah sebagai upaya menjaga nilai-nilai budaya di tengah derasnya arus urbanisasi.
Rumah Adat Kranggan membuktikan bahwa kemajuan kota tak harus menghapus masa lalu. Justru, keberadaannya menjadi pengingat bahwa kita punya akar yang kuat dan selama akar itu dijaga, budaya akan terus menemukan jalannya untuk bertahan.
***