Teater Magnit Peringati HUT ke-24 dengan Perbanyak Agenda Keagamaan. Foto-Magnit
NGAWI – Tahun – tahun sebelumnya setiap tanggal 22 Agustus yang merupakan Hari Ulang Tahun (HUT) Teater Magnit selalu mengadakan pementasan berupa teater, monolog, puisi, musik, dan sebagainya, di tahun ini perayaan ulang tahun dan pentas di tanggal yang berbeda. Teater Magnit Peringati HUT ke-24 dengan Perbanyak Agenda Keagamaan.
Tahun 2017 ini, pentas diadakan lebih awal, menyesuaikan jadwal anggota Magnit yang masih duduk di bangku Madrasah Aliyah (Sekolah Menengah Atas), Pementasan Hari Ulang Tahun (HUT) Teater Magnit dilaksanakan pada Sabtu malam (19/08/17).
Selasa (22/08/2017) siang diawali dengan khataman Al-Qur’an dan Doa Khotmil Qur’an di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Ngawi. Dilanjutkan dengan tumpengan dan makan bersama di Sanggar Teater Magnit (Selasa Malam).
Sebelum acara potong tumpeng, Pak Kus, panggilan akrab perintis teater ini memanjatkan harapan dan doa terbaik untuk keberlangsungan Teater Magnit nantinya. Setelah makan bersama, acara dilanjutkan dengan dzikir Ghofilin, Sholat Isya berjamaah dan doa bersama.
Banyak anggota terdahulu yang menyempatkan hadir dalam gelaran acara ulang tahun kali ini. Mengenang pertama kali mereka dilantik menjadi anggota. Setiap anggota punya kisah unik tentang bagaimana perjalanan mereka di Teater Magnit. Ada yang menceritakan pengalaman pahit saat hendak diklat di Desa Gentong. Dibangunkan tengah malam, beradu akting dengan pohon, berkeliling kuburan malam hari hingga kejadian HP hilang saat diklat.
Saat ini anggota aktif Teater Magnit berjumlah 150 orang. Masih banyak anggota yang hilang kontak. 24 tahun Teater Magnit, bila semua bisa berkumpul, mungkin anggotanya bisa ribuan. Usia 24 tahun bukanlah bisa dibilang usia belia untuk sebuah komunitas. Tentu saja banyak cerita tertoreh yang pasti membekas di hati para anggotanya.
Teater Magnit dirintis oleh Kusprihyanto Namma, Joko Suriadi, Agung, Agus, Wiwit dan Asih Muryatni 24 tahun silam. Nama “Magnit” itu sendiri dicetuskan oleh Agus yang berarti wong cilik. Akhir bulan Agustus tepatnya tanggal 22 pada tahun 1993 Teater Magnit Ngawi diresmikan. Ketua pertama Teater Magnit adalah Joko Supriadi. Magnit bukanlah teater yang pertama yang lahir di Ngawi, sebelumnya ada teater 2000 yang sempat aktif tahun 1990-1991.
“Saya tidak bisa berhenti untuk berkesenian, entah di Solo atau Ngawi saya tetap di teater,” terang Kusprihyanto Namma, salah satu perintis Teater Magnit.
Mantan mahasiswa UNS, sekaligus pendiri Teater Peron Solo. Teater Peron dianggap sebagai teater dengan pentas termegah di Solo, sehingga banyak mahasiswa yang akhirnya memutuskan untuk bergabung, Teater Peron Solo masih aktif hingga sekarang. Nama Peron itu sendiri diambil dari naskah yang pertama kali dipentaskan. Naskah tersebut ditulis oleh Kusprihyanto Namma berjudul “Peron”.
Selesai studi di Solo barulah Kusprihyanto dan teman-temannya merintis Teater Magnit di kota asal yaitu Ngawi. Mendapat dukungan dari warga setempat para perintis Teater Magnit semakin bersemangat untuk memajukan Magnit. Bahkan sering mendapat undangan pentas oleh PPIA (Pusat Persahabatan Indonesia Amerika) di Surabaya. Meski anggota awalnya masih terbilang sedikit namun loyalitas para anggota membuat Magnit bisa bertahan hingga kini. Banyak tokoh-tokoh penting Indonesia yang berkunjung ke Magnit hanya untuk sekedar membaca puisi. (KN/Friliya/cse)