Langit di atas persawahan Desa Soco, Kecamatan Jogorogo, Ngawi – Foto : Sukamto
Menyoal Ketetapan Logika Langit – Oleh Erna Dwi Susanti
Mengulas tentang takdir, tentang ketetapan, kehendak dan sebuah kepastian. Ketaatan manusia sebagai hamba yang diciptakan Tuhan untuk senantiasa mematuhi apa yang dikehendaki Tuhan padanya. Semakin taat maka semakin patuh. Demikianlah golden concept yang sering dijunjung tinggi para pemilik hakikat keimanan. Mereka percaya akhirnya mereka menguatkan kepercayaan dengan keimanan, taat dan patuh, di mana ketetapan telah digariskan maka mereka harus menaati dan harus mematuhi.
Jika sebuah nalar diberikan kebebasan untuk kembali menyoal sebuah logika, maka ia akan memiliki keberanian untuk menimbang. Menuai analisa atas setiap keadaan. Premis-premis terkumpulkan dan ia berkeputusan. Dengan sentuhan hakikat keimanan yang ia miliki, di mana ia patuhi tugas kehidupan dengan hati terpadu nalar, maka ia akan dapati sebuah perenungan. Logika langit akan berkata menyelaraskan kinerja bumi.
Logika langit adalah ketetapan Tuhan, dan kinerja bumi adalah ikhtiar yang diupayakan oleh hamba untuk menjemput ketetapan dan impian. Ia mengusaha sebuah kerja untuk memperoleh hasil, di sinilah kinerja bumi terjalankan. Selanjutnya ia akan menengadah dalam doa dan kepasrahan untuk menunggu keputusan dan ketetapan Tuhan, inilah yang disebut menanti logika langit.
Tidak ada perubahan nasib suatu golongan manakala tak ada upaya atas mereka untuk mengubah keadaan. Tuhan memberikan ruang-ruang untuk berusaha, untuk menyempurnakan dan menjemput ketetapan yang disebut dengan takdir. Takdir sudah ada yang diputuskan sejak jaman azali, jaman saat ruh ditiupkan pada jasad, jaman saat nyawa berjanji taat pada Tuhannya. Namun juga ada sebuah ketetapan yang belum dibakukan, yang dapat disempurnakan dengan ikhtiar-ikhtiar, doa dan pengharapan.
[quote]
Berusahalah, karena kita manusia. Punya tugas untuk mengusaha. Kita bukanlah Tuhan, kita masih harus meneguhkan taat dengan ikhtiar dan ketawakkalan.
[/quote]